Gorontalo, mimoza.tv – Layanan jejaring sosial Facebook mengumumkan pada Kamis (15/11/2018) bahwa mereka akan mendirikan badan independen untuk memeriksa konten apa yang mesti dihapus dari website jejaring sosial itu.
Pengumuman muncul saat Facebook melaporkan pihaknya telah meningkatkan kemampuannya untuk mendeteksi dengan cepat “ujaran kebencian” dan unggahan lain yang melanggar aturan komunitas. Jejaring sosial terkemuka itu berada dalam tekanan dari pemerintah di berbagai negara dan aktivis untuk membasmi konten yang tidak pantas.
“Saya menjadi percaya bahwa kami seharusnya tidak membuat banyak keputusan tentang kebebasan berekspresi dan keamanan sendiri,” kata kepala eksekutif Facebook, Mark Zuckerberg, dalam konferensi pers seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Konten yang diselidiki oleh perangkat lunak cerdas (artificial intelligence atau AI) atau dilaporkan oleh pengguna kini ditinjau oleh sistem internal yang sedang ditingkatkan oleh Facebook.
Badan independen yang akan dibentuk pada tahun mendatang akan bertindak sebagai “pengadilan tinggi”, mempertimbangkan keputusan penghapusan konten yang dibuat oleh jejaring sosial, kata Zuckerberg.
Komposisi badan pengajuan banding dan cara menjaganya tetap independen sambil tetap sejalan dengan prinsip dan kebijakan Facebook akan ditentukan pada tahun mendatang.
Facebook juga merencanakan tahun depan untuk mulai merilis ringkasan penghapusan konten setiap perempat tahun dalam waktu yang setara dengan laporan hasil, menurut eksekutif Facebook tersebut.
“Kami telah membuat kemajuan mendapatkan benci, perisakan, dan terorisme di luar jaringan kami,” kata Zuckerberd seperti yang dikutip dari AFP.
Perisakan atau Bullying merupakan tantangan yang lebih berat terhadap sistem kecerdasan buatan atau AI, karena cenderung bersifat pribadi dan subyektif. Sebagai contoh, seorang mungkin secara bercanda mengolok-olok temannya di sebuah unggahan yang juga dapat ditafsirkan sebagai kejam.
Mendeteksi penindasan atau kebencian juga membutuhkan pemahaman mengenai keseluruhan bahasa yang digunakan di Facebook, bersama kenteks budaya. [vp/ft/luk]
Berita ini sebelumya sudah tayang di https://www.voaindonesia.com/