Gorontalo, mimoza.tv – Debat perdana Pemilihan Presiden dan Wakil Presoden yang berlangsung pada Kamis (17/1/2019) pekan lalu menyisahkan banyak cerita. Data transkrip yang di olah dari Bahasakita menyebutkan, debat yang berlangsung di Hotel Bidakara, Jakarta Selatan ini, berlangsung selama 90 menit dan berisi 9.128 kata. Ribuan kata ini dilontarkan oleh moderator Ira Koesno dan Imam Priyono, serta Joko Widodo-Ma’ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno
Dari ribuan kata itu ada 1.714 kata berbeda. Angka ini masih disebut data kotor karena masih menyertakan stopword. Artinya, masih menyertakan kata hubung seperti “yang”, “di”, “ke”, dan lain-lain; kata-kata umum yang tak punya makna.
Dari enam orang di atas panggung, Prabowo yang paling banyak bicara, melontarkan 2.372 kata dengan 732 kata berbeda. Berikutnya adalah Jokowi (2.304 kata), moderator Ira Koesno (1.969 kata) dan Imam Priyono (1.290 kata), serta Sandiaga Uno (883 kata) dan—semua orang bisa menebaknya—Kiai Ma’ruf Amin.
Dari 90 menit waktu kedua kandidat bicara di atas panggung, Ma’ruf Amin yang berusia 75 tahun hanya bicara 5 menit 15 detik. Omongan kandidat capres tertua dari tiga kandidat lain itu cuma berisi 300 kata. Sangat irit. Juga timpang jika dibandingkan saat Jokowi ditemani Jusuf Kalla pada debat Pilpres 2014.
Jika kita bandingkan dengan debat Pilpres lima tahun lalu, Jusuf Kalla, saat itu berusia 71 tahun terlihat dominan bahkan hampir menyamai ucapan Jokowi. Ia melontarkan 1.346 kata atau 4,5 kali lipat lebih banyak ketimbang Ma’ruf saat ini.
Kalimat terpendek diucapkan Ma’ruf adalah “Ini bapak” saat menyerahkan bola jawaban kepada Jokowi. Juga kata “cukup” saat ditanya Ira Koesno apakah akan melanjutkan pandangannya atau tidak.
Jika dipecah per segmen, Ma’ruf hanya bicara pada segmen 2, 3, dan 4 dari enam segmen yang disiapkan Komisi Pemilihan Umum.
Kali pertama berbicara, ia sama sekali tidak memberikan pesan berharga kepada khalayak. “Saya tidak menambah, saya mendukung pernyataan Pak Jokowi,” ucapnya.
Omongan cukup panjang saat topik debat membahas terorisme. Total ia bicara 4 menit. Artinya, 75 persen ucapannya saat debat hanya untuk menanggapi isu itu. Wajar belaka mengapa mesin mendeteksi bahwa kata kunci penting dalam ucapan Mar’uf adalah “terorisme”.
Dari debat perdana, orang paling narsis adalah Sandiaga. Ia sering mengganti kata ganti orang pertama jamak seperti “kami” dan “kita” menjadi “Prabowo-Sandi”. Total, tujuh kali ia mengulang-ulang identitas ini. Sifat narsistik ini tidak dilakukan berlebihan oleh Prabowo atau Jokowi. Identitas “Jokowi-Amin” hanya disebut sekali oleh Jokowi; begitupun Prabowo hanya sekali menyebut ‘Prabowo-Sandi”.
Berbeda dari Ma’ruf, Sandiaga lebih banyak berbicara pada tiap segmen.
Sandiaga juga kerap mengandalkan satu frasa “lapangan kerja”—apa pun topik debat pada tiap segmen. Ia berkata 11 kali “lapangan kerja” saat ditanya bermacam topik, dari isu HAM, kepastian hukum, hingga radikalisasi. “Lapangan kerja” agaknya jadi solusi generik untuk topik debat perdana mengenai hukum, HAM, korupsi, dan terorisme.(luk)