Gorontalo, mimoza.tv – Bunyi genderang mengiringi liuk tari barongsai di depan Tempat Ibadah Tri Dharma (TITD) Klenteng Tulus Harapan Kita, Kota Gorontalo. Senin (4/2/2019) malam, klenteng itu ramai oleh ratusan umat Tri Dharma menyambut Tahun Baru Imlek 2570.
Tak hanya umat Tri Dharma saja yang menyaksikan aksi barongsai, warga sekitar Klenteng yang dibangun tahun 1827 itu ikut berbaur menyaksikan perayaan Imlek. Di bangsal yang telah di sediakan panitia, warga dan umat Tri Dharma berbaur jadi satu.
“Kebetulan kediaman kita tak jauh dari Klenteng ini, dan saban tahun kita menyaksikan perayaan Imlek,” ujar Arman dan Fitriah, dua warga yang berdomisili di Kelurahan Biawu, Kota Gorontalo.
Tepat pukul 23.00 WITA, umat pun berkumpul di depan altar, melantunkan doa-doa kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Sementara di halaman depan Klenteng dipenuhi warga sekitar dan dan sejumlah aparat kepolisian yang berjaga-jaga.
Rocky Lianto, Penasehat di TITD Klenteng Tulus Harapan Kita mengungkapkan, orang Tionghoa itu sangat percaya dengan adanya 12 Shio yang kebanyakan dari binatang. Setiap tahun ada pergantian Shio, pasti akan berpengaruh dalam kehidupan, seperti perubahan alam dan lain-lain.
“Tahun Baru Imlek 2570 dengan Shio babi tanah ini lebih condong ke pertanian. Kita berharap sepanjang tahun ini, hasil pertanian melimpah ruah. Artinya sifat dari hewan kami percaya dapat membaawa perubahan pada kehidupan kita,” ujar Rocky, diwawancarai wartawan mimoza.tv.
Dia berharap juga, di tahun politik ini dapat berjalan dengan baik, aman dan lancar.
“Saat ibadah penyambutan Imlek 2570 kita berdoa, semoga sepanjang tahun ini kita punya kehidupan yang lebih baik, dan satu lagi kita doakan daerah kita tercinta ini aman dan damai,” tandas Rocky.
Diwawancarai di tempat yang sama juga Hengki Kamoli, pengurus TITD Tulus Harapan Kita mengungkapkan, bagi masyarakat Gorontalo secara umum, kekeluargaan itu adalah bagaimana memnjalin komunikasi dengan sesama. Saling bantu dan hormat untuk mensyukuri kehidupan.
“Kebersamaan dalam keragaman ini tercermin dari perilaku sehari-harinya. Kita warga Tionghoa bersama penduduk disini sudah saling kenal sejak kecil. Teman main, teman sekolah, bahkan tetangga yang terbawa hingga ke generasi tua,” jelas Hengky.
Kata dia, kedekatan emosional sejak kecil inilah yang menjadi hal yang penting dalam hidup. Serambi Madinah adalah istana bagi banyak orang meski latar belakang suku, agama yang berbeda. Dalam kehidupan, mereka tetap taat pada keyakinan masing-masing tanpa saling mencela bahkan merendahkan.(luk)