Gorontalo, mimoza.tv – Berbeda dalam pilihan politik sejatinya menjadi hal yang lumrah dalam berdemokrasi. Jika bulan Januari lalu dua makam di Kabupaten Bonebolango dipindahkan gara-gara sikap keluarga tak mendukung seorang Caleg. Di Kabupaten Boalemo, Kecamatan Tilamuta, Juna, seorang warga yang berdomisili di Desa Pentadu Timur, dilarang menggunakan WC Umum gara-gara berbeda dalam pilihan politik.
Di kutip dari Kronologi.id, Juna harus menerima akibat karena berbeda pilihan di Pemilu Legislatif dengan Wini tetangganya yang tinggal di dekat jamban umum yang notabene dibangun menggunakan dana APBD.
Awal kejadian, Juna yang baru saja selesai buang hajat, mengaku ditegur oleh tetangganya itu.
“Ketika saya selesai buang hajat, ketika keluar tiba-tiba ditegur. Katanya ini bukan wc umum, ini wc pribadi,” ujar Juna.
“Saya ditegur karena tidak sejalan dengan mereka di PDIP. Sedangkan yang kasih bantuan itu pak Eka (Anggota DPRD Boalemo dari PDIP)” lanjut Juna.
Saat dikonfirmasi soal keluhan tetangganya itu, Wini pun tak membantah. Ia bahkan menegaskan bahwa jamban bukan untuk umum.
“Betul Ini bukan milik umum, melainkan bantuan dari pak Eka langsung. Berdasarkan penyampaian dari ka Pani (salah satu pengurus ranting PDIP), bahwa yang bisa menggunakan wc itu hanya orang-orang PDIP saja,” jelas Wini.
Senada dengan Wini, Djamaludin Djojo yang juga warga setempat membenarkan apa yang disampaikan Wini.
“Memang saya pernah bilang begitu, karena bantuan itu (wc umum) dari pak Eka langsung,” ungkapnya.
Saat dimintai penjelasan, Wakil Ketua DPRD Kabupaten Boalemo, Eka Putra Noho yang juga adalah calon anggota legislatif dari PDI Perjuangan, membenarkan terkait bantuan wc tersebut.
“Itu bantuan sengaja saya kasih sama mereka buat masyarakat di situ, tapi bukan jadi milik pribadi. Itu anggaran dari APBD melalui aspirasi saya, dan itu sudah disepakati. Kalau masalah pilihan saya tidak bilang harus pilih saya. Mereka kan punya hak pilih juga,” tandas Eka.(luk)