Gorontalo, mimoza.tv – Memberikan pengetahuan tentang cara menggunakan hak pilih bagi penyandang disabilitas, dianggap penting dan harus rutin dilaksanakan, agar bisa menyalurkan hak politiknya pada Pemilu 2019 dengan baik.
Saat dijumpai di ruang kerjanya, Kepala Sekolah SLB Kota Gorontalo, Yulidar Adam mengungkapkan, pada pelaksanaan Pemilu 2019, sebanyak 60 siswa nantinya akan menyalurkan hak pilihnya.
“Ada 60 siswa di SLB Kota Gorontalo ini yang semestinya setiap hari mendapat bimbingan berupa simulasi tata cara mencoblos. Karena selain ada pemilih yang baru, melatih penyandang disabilitas termasuk penyandang keterbelakangan mental, berbeda dengan orang normal lainnya,” ujar Yulidar, diwawancarai wartawan mimoza.tv, Rabu (27/2/2019)
Lanjut Yulidar, selain dari Komisi Pemilihan Umum (KPU), baik KPU Provinsi Gorontalo dan KPU Kota Gorontalo, keterlibatan Relawan Demokrasi dalam megedukasi penyandang disabilitas sangatlah penting.
“Sebenarnya yang kami butuhkan ini bukan lagi sosialisasi, akan tetapi simulasi Pemilu. Sebab, cintohnya anak-anak tuna grahita itu hari ini diberikan petunjuk besok lagi lupa lagi, begitu seterusnya. Sehingga itu seperti yang sudah saya sampaikan tadi, penting untuk latihan atau simulasi setiap hari,” jelas Yulidar.
Dirinya percaya dengan bimbingan berupa simulasi Pemilu tersebut, pada hari pelaksanaanpemungutan suara, penyandang disabilitas tidak kesulitan lagi dalam menyalurkan hak politiknya.
Diwawancarai terpisah, Daniel Kau (19) siswa SLB Kota Gorontalo mengungkapkan, dirinya merasa senang bisa menggunakan hak politik dalam pesta demokraasi nanti. Demikian juga dengan Fajrin Pirus, rekan sekelasnya.
Bersama guru pendamping, kedua murid tersebut mengaku antusias saat diajarkan tata cara memilih.
“Kita diajarkan pak guru, ada lima kertas suara yang di coblos, Calon Presiden ada dua, dan setelah itu jari kecil pakai tinta (mencelupkan jari kelingking setelah mencoblos),” jawab keduanya. (luk)