Gorontalo, mimoza.tv – Udara dingin menyambut kedatangan kami sekeluarga, saat menginjakan kaki di tepian Telaga Sarangan. Ya… siapa yang tidak kenal dengan Telaga Sarangan ?. Satu dari sekian banyak tempat wisata favorit di Jawa Timur. Telaga yang luas dan pegunungan hijau Sidoramping yang menjulang tinggi di sekitar Gunung Lawu. Melliyana Soekardi, warga yang kami temui menyebut, konon katanya dahulu adalah lokasi wisata favorit para penjajah.
Meski sedikit kedinginan, saya bersama beberapa saudara masih bisa menikmati telaga yang tenang, yang seakan-akan menjadi sebuah cermin raksasa bagi pegunungan hijau dan gunung di sekelilingnya. Wajar sejuk dan dingin, telaga yang terletak di ketinggian 1200 meter diatas permukaan laut ini, kata Melliyana suhu udara sejuknya 18 hingga 20 derajat.
Di lokasi wisata telaga sarangan ada fasilitas sepeda air yang menyerupai bebek dan perahu laut di pinggir telaga. Cukum dengan uang Rp 50.000, saya bersama empat anggota keluarga lainnya mengelilingi telaga menggunakan speed boat. Sementara anggota rombongan lainnya memilih naik kuda, mengitari tepian danau. Untuk bisa naik kuda milik penduduk lokal, kita cukup mengeluarkan uang Rp 50.000 untuk satu kali putaran.
Jika ingin berolahraga, barangkali paling cocok mengelilingi telaga ini dengan berjalan kaki atau berlari, sambil menikmati pemandangan hutan pinus di lereng pegunungan disekeliling Telaga Sarangan.
Dekat dengan Telaga Sarangan, terdapat pintu masuk menuju air terjun. Terdapat tiga buah air terjun disini yaitu air terjun Pundak Kiwo, Watu Ondo, dan Jarakan. Terdapat bekas pesawat yang dijadikan monumen untuk mengingat peristiwa sejarah di Kota Madiun dan Kabupaten Sarangan dimana terdapat Pangkalan Utama AURI di dekat pintu masuknya.
Untuk urusan perut, berkunjung ke Telaga Sarangan tidaklah khawatir. Di sini kita bisa menikmati sate kelinci dan lontong yang banyak terdapat disekeliling telaga sarangan. Pengalaman pertama makan sate kelinci ini, memiliki daging yang lembut dan empuk sehingga dapat membuat ketagihan. Harga yang ditawarkan untuk satu porsi sate adalah Rp. 7.000. Saya pun menjajal dua porsi sate kelinci. Selain itu, terdapat juga nasi pecel. Daerah Sarangan ini bertetangga dengan Kota Madiun yang dikenal dengan bumbu dan sambal pecelnya.
Saat masuk kawasan juga, di kiri dan kanan jalan ada kios-kios yang menjual bermacam kudapan dan souvenir.
Tak perlu khawatir dalam mencari penginapan. Karena di Telaga Sarangan ini terdapat hotel yang saling bersaing dan menawarkan harga yang terjangkau. Bagi yang ingin menginap di ruangan dengan 2 kamar tidur, ruang tamu dan kamar mandi, harga yang ditawarkan sekitar Rp 500.000,- untuk semalam.
Untuk yang lebih murah, bisa juga menyewa hotel dengan fasilitas satu kamar. Tempat penginapan ini juga menyediakan air panas untuk minum maupun mandi. Umumnya, hotel disini memiliki bangunan dua lantai sehingga kita bisa menikmati pemandangan yang indah. Selain hotel, kebanyakan rumah-rumah warga sekitar juga dijadikan wisman atau penginapan.
Rasanya kurang pas jika berkunjung ke telaga yang berada di Kecamatan Plaosan, Kabupaten Magetan ini tanpa membawa oleh oleh khasnya seperti kaos, tas, ataupun kerajinan tangan dari kayu yang merupakan hasil karya dari masyarakat lokal sekitar sehingga ciri khas dari Telaga Sarangan tidak akan terdapat di tempat lainnya.
Saya pun jadi membayangkan suatu saat nanti, Danau Perintis yang berada di Desa Huluduotamo, Kecamatan Suwawa, Kabupaten Bone Bolango, Provinsi Gorontalo, bisa meniru Telaga Sarangan. Bagaimana sinergitas antara pemerintah dan masyarakat sekitar memanejemen, mengelola pariwisata telaga tersebut, benar –benar hidup dan bisa memberi manfaat bagi semuanya. Semoga…(luk)