Gorontalo, mimoza.tv – Banyak masyarakat Indonesia yang masih minim pengetahuannya dengan gangguan kejiwaan atau orang dengan gangguan jiwa (ODGJ). Misalnya seperti kasus pembunuhan yang pernah kita dengar bahwa motif dibalik pelaku melakukan pembunuhan adalah karena adanya bisikkan gaib.
Padahal secara ilmu pengetahuan, hal tersebut bisa jadi karena pelaku memiliki masalah kejiwaan. Ia mengalami halusinasi atau delusi. Orang dengan gangguan jiwa, memang mendapat perlakuan tak semestinya, seperti dipasung, karena ia mengamuk dan melukai warga sekitar.
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6 persen untuk usia 15 tahun ke atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400 ribu orang.
BACA JUGA: TAHUN 2018, KABGOR TERTINGGI ODGJ BERAT
Ternyata 14,3 persen di antaranya atau sekitar 57.000 orang pernah atau sedang dipasung. Angka pemasungan di pedesaan adalah sebesar 18,2 persen. Angka ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan angka di perkotaan, yaitu sebesar 10,7 persen. Untuk itu marilah kita berkenalan dan mencoba memahami orang dengan gangguan jiwa melalui fakta-fakta berikut!
1. Mereka sebenarnya adalah korban
sciencedaily.com
Banyak yang mengira bahwa ODGJ sering dianggap sebagai pelaku dalam tindak kejahatan. Namun pada kenyataannya, tidak demikian. Justru terkadang keluarga ODGJ, memasungnya karena dianggap meresahkan.
Hal tersebut secara tidak langsung telah membuat mereka menjadi korban. Bagaimanapun juga mereka adalah sama seperti kita, hanya saja mereka memiliki gangguan jiwa berat apabila harus dipasung, sebaiknya bila menemukan hal seperti bawa mereka ke dinas kesehatan setempat agar mendapat perawatan.
2. Mereka dapat disembuhkan
stack.com
Memang ada beberapa jenis gangguan jiwa yang dapat disembuhkan. Namun ada juga yang memang tidak dapat sembuh total akan tetapi dengan adanya terapi berkelanjutan mampu membuat perilaku menyimpang dapat ditekan atau dihindari.
Salah satu hal lain yang dapat mempercepat kesembuhan mereka adalah adanya pandangan positif masyarakat terhadap mereka. Sehingga saat mereka sudah keluar dari Rumah Sakit Jiwa, mereka tidak akan kembali lagi, dengan alasan masih diperlakukan sebagai “orang gila”.
3. Mereka dapat kembali lagi ke rumah sakit jiwa (RSJ)
fatherly.com
Masyarakat awam, masih saja menaruh stigma negatif pada ODGJ. Saat mereka sudah diperbolehkan pulang ke lingkungan rumahnya, tidak menunggu lama mereka pasti akan kembali lagi ke RSJ.
Mengapa hal tersebut dapat terjadi? Karena masyarakat di lingkungannya masih memperlakukan dia sebagai orang gila, bukan orang sehat. Mereka tetap mendapatkan diskriminasi, dikucilkan, menjadi bahan ejekan dan lain sebagainya. Hal seperti itulah yang membuat mereka “kambuh”dan dirawat kembali di Rumah Sakit Jiwa.
4. Mereka berbeda dengan ODMK
betterhelp.com
Tidak semua masalah
kejiwaan lantas membuat orang tersebut menderita gangguan jiwa. Akan tetapi,
masalah kejiwaan dapat berpotensi membuat seseorang mengalami gangguan
jiwa. Menurut UU Kesehatan Jiwa No.18 tahun 2014, ODMK adalah orang yang
mempunyai masalah fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan dan atau
kualitas hidup sehingga memiliki risiko mengalami gangguan jiwa.
Sementara, ODGJ adalah orang yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku,
dan perasaan yang bermanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan atau
perubahan perilaku yang bermakna serta dapat menimbulkan penderitaan dan
hambatan dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia.
5. Orang normalpun juga dapat berpotensi mengamali gangguan jiwa
personneltoday.com
Jangan salah ya? Mungkin kita yang melihat ODGJ, merasa risih, takut, dan menjauhi mereka. Siapa tahu suatu saat nanti kitalah yang akan menjadi ODGJ. Masalah kejiwaan yang sering kita hadapi seperti stres, depresi sebaiknya jangan disembunyikan, karena hal tersebut dapat membuat kita berpotensi mengalami gangguan jiwa.
Pada akhirnya, sangat tidak dianjurkan untuk menyimpan, menyembunyikan masalah kejiwaan kita. Bila masalah kejiwaan sudah terasa berat, segeralah hubungi psikolog atau psikiater terdekat.