Gorontalo, mimoza.tv – Jika di sinetron tv kita menonton ‘Tukang Bubur Naik Haji’, maka di kehidupan nyata, ada Yusuf Tuna, penjaga toilet yang tahun 2019 ini akan naik haji bersama 264 Jamaah Calon Haji asal Manado. Kisah Yusuf Tuna bisa menjadi inspirasi bagi siapa saja yang hendak dan berniat untuk naik haji. Pria berusia 72 tahun yang sehari harinya bekerja sebagai penjaga toilet di pasar Bersehati Manado ini baru bisa ikut menunaikan Rukun Islam yang ke 5 tahun 2019. Hal ini berkah dari setelah lebih dari 32 tahun menabung dari hasil menjaga toilet.
Niat Aba Kun (panggilan akrab Yusuf Tuna) untuk menunaikan ibadah haji ini awalnya dari tahun 1987. Dengan penghasilan yang tak menentu dari menjaga toilet, dia menyisihkan sedikit-sedikit uangnya untuk di tabung, sebagian lagi untuk biaya kebutuhan hidup keluarganya.
“Niat untuk berhaji itu memang sudah ada sejak 32 tahun lalu. Saya menyisihkan sekitar Rp 50 ribu untuk di tabung. Setelah sebulan, uangnya saya setor ke tabungan haji. Sebagian lagi uang itu untuk kebutuhan sehari hari, termasuk membiayai pendidikan ke empat anak saya,” ucap Yusuf.
Selain penghasilan dari menjaga toilet ini tak menentu, Abah Kun juga mengaku jika toilet yang dijaganya tersebut bukan miliknya. Abah Kun hanya mendapat upah dari menjaga toilet tersebut.
Pendapatannya yang pas-pasan itu tidak menyurutkan niatnya untuk berhaji. Bahkan uang tabungan yang disisihkan Abah Kun, sanggup memberangkatkan haji istrinya tahun 2015 lalu.
Untuk menjalankan profesinya, Yusuf mengaku setiap harinya harus bangun dan berangkat ke Pasar Bersehati sekitar jam 3 dini hari. Bahkan untuk ke pasar Abah Kum mengendarai sepeda tuanya.
“Yang penting niat kita bekerja secara ikhlas dan niat tulus untuk kebaikan. Dan tentu pekerjaan itu harus halal. Dengan demikian saya yakin niat dan doa kita akan terkabul,” tandas Abah Kun.
Meski hanya toilet yang biasa, di Pasar Bersehati toilet yang dijaga Abak Kun termasuk yang bersih. Hal ini dikarenakan setiap sekitar satu jam selalu di bersihkan. Bahkan setiap pengunjung yang mau menggunakannya harus menanggalkan alas kaki.
Kata Abah kun, selain kebersihan itu sebagian dari iman, dengan tetap menjaga kebersihan, maka orang yang datang menggunakannya juga tidak canggung atau merasa risih. Bandingkan dengan toilet besar atau mewah tapi kalau tidak di jaga kebersihannya, maka orang juga merasa tidak nyaman menggunakannya.(luk)