Aryanto Husain
In sya Allah jika tidak ada aral melintang, 20-21 November nanti para pemangku kepentingan pembangunan di Gorontalo akan berkumpul di Gorontalo Development Forum (GDF) 2019. Pejabat Pemerintah, swasta, akademisi, mitra dan actor pembangunan akan saling bertukar fikiran dan pengalaman tentang praktek-praktek pembangunan. Mulai dari kebijakan hingga implementasi lapangan. Semua menyadari ada ekspektasi yang harus dikelola bersama. Yakni pembangunan inklusif dan berkelanjutan. Pembangunan yang semua elemen masyarakat merasakan hasinya tanpa harus mengorbankan hak anak cucu ikut menikmatinya. Semua juga menyadari ada tantangan yang harus dihadapi bersama. GDF menjadi sarana mengelola ekspektasi dan tantangan ini. Event ini merefleksikan adanya bangunan kesadaran untuk berkolaborasi mewujudkan tujuan pembangunan berkelanjutan di Gorontalo.
Tema yang dipilih adalah Landscape for People, Food and Nature. Tema ini mengisyaratkan bahwa pengelolaan bentang alam untuk memenuhi kebutuhan manusia harus berlangsung dalam batas ekologis dari biosfer sebagai prasyarat utama. Pembangunan harus berjalan dalam batas kemampuan bumi mendukungnya.
Pemerintah Provinsi Gorontalo menyadari hal ini. Agenda mengelola lingkungan yang lebih lestari menjadi prioritas pembangunan. Kebijakan ini dikuatka i dengan himbauan dan larangan. Pada bakti sosial NKRI Peduli, misalnya, Gubernur Gorontalo selalu menghimbau masyarakat agar menjaga lingkungan. Pemerintah Provinsi Gorontalo bahkan mengeluarkan kebijakan yang melarang petani memanfaatkan lahan dengan kemiringan sekitar 30 derajat untuk lahan pertanian.
Kebijakan ini selaras dengan implementasi TPB/SDGs. Komitmen Pemerintah Provinsi Gorontalo terhadap pencapaian 17 Goals TPB/SDGs di dijalankan secara bersinergi satu dengan lainnya. Mulai dari menyusun Action Plan SDGs hingga pembentukan tim yang aktif mendiskusikan langkah-langkah pencapaian SDGs di daerah. Kerjasama dengan Kabupaten/Kota juga terus didorong agar dampak pelaksanaannya dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat.
TPB/SDGs adalah kerangka pendkatan pembangunan berkelanjutan yang komprehensif. Dalam Teori Ekonomi Donat, goals TPB/SDGs diilustrasikan seperti lingkaran-lingkaran kue donat. Metafora lingkaran bagian dalam donat adalah pondasi sosial aadaah gambaran kebutuhan dasar seperti air bersih dan makanan. Lingkaran luar adalah atap ekologis, metafore untuk bisa bertahan. Antara lingkaran dalam dan luar adalah bagian donat menggambarkan keseimbangan dinamisnya, bahwa kebutuhan manusia dapat dipenuhi tanpa merusak bumi. Kerusakan bumi makin nyata jika kegiatan pembangunan melewati metaphor lingkaran luar.
Sukses implementasi TPB/SDGs tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh kesadaran dan kontribusi semua pihak termasuk kerjasama antar pemerintahan. Sejatinya, masyarakat juga dapat ikut bersama dalam upaya pelestarian lingkungan. Prinsip ketiga dalam TPB/SDGs, no one left behind, tidak hanya untuk memastikan bahwa 17 goals memiliki manfaat bagi keseluruhan, tidak hanya untuk kepentingan beberapa pihak saja. Prinsip ini seharusnya juga dapat mendorong kontribusi semua pihak dalam keberhasilan pelaksanaan TPB/SDGs.
Dalam upaya mempertahankan keberlanjutan lingkungan kita bahkan butuh effort yang lebih kuat. Peter Senge dkk, mengatakan upaya ini tidak bisa lagi hanya menjadi sebuah pilihan. Mereka mengusulkan perlunya sebuah necessary revolution. Semua pihak harus ikut serta dan terlibat. Mulai dari individu hingga ke level kelembagaan ekonomi dan politik.
Saya teringat bagaimana Per Carstedt, pemilik Dealer Ford di Swedia yang dengan gagasan besarnya berkontribusi dalam keberlanjutan lingkungan. Gagasannya dimulai dengan membawa mobil berBBM etanol ke Swedia. Dia berhasil meyakinkan investor untuk mengimpor mobil-mobil ini. Dan pada 2007 mereka berhasil menguasai 1000 stasiun atau seperempat dari jaringan nasional. Perusahaan produsen Coca Cola juga memperlihatkan keberpihakannya terhadap keberlanjutan lingkungan. Bekerjasama dengan WWF, mereka memasok air bersih di berbagai penjuru dunia. Di Jerman, ada sebuah start up hijau yang membolehkan pembelian grosir tanpa pengepakan. Hasilnya , mereka tidak hanya menurunkan biaya namun juga meminimalkan dampak kerusakan lingkungan.
Sukses Per Carstedt, Coca Cola, dan banyak lainnya menggambarkan adanya partisipasi individu dan lembaga dalam pencapaian TPB/SDGs. Bagi mereka no one left behind berarti tidak boleh ada yang tertinggal dalam memberikan kontribusi terhadap pencapaian komitmen pembangunan berkelanjutan ini
Pemerintah Provinsi Gorontalo juga menyadari hal ini. Pembangunan daerah memerlukan partisipasi dan kerjasama semua pihak. Pemprov menyadari ada mitra dan actor pembangunan yang bekerja untuk pembangunan di daerah. Mulai dari skala individu hingga lembaga. Kontribusi mereka perlu diapresiasi dan diakomodasi kedalam perumusan kebijakan pembangunan.
GDF 2019 dirancang bersama mitra dan aktor pembangunan di daerah ini. GDF 2019 tidak hanya menjadi sarana publikasi berbagai kebijakan Pemerintah namun juga menjadi arena untuk mendengar dan melihat apa-apa yang sudah dan sedang dikerjakan oleh non-state actor. GDF 2019 memastikan semua pihak tidak ada yang tertinggal saat berbicara kontribusi terhadap pembangunan di Gorontalo.
No one left behind!
Mari bergabung dalam Gorontalo Development Forum 2019