Gorontalo, mimoza.tv – Merebaknya virus Corona (Covid-19), kelangkaan masker dan cairan pembersih tangan saat ini tengah dirasakan seluruh warga masyarakat. Tak terkecuali di Gorontalo. Pantauan di sejumlah apotik dan toko obat, stok kedua produk kesehatan ini kosong.
Usut punya usut, ternyata kelangkaan masker di Indonesia, termasuk di Gorontalo ini gara-gara tingginya ekspor masker ke China, Hong Kong dan Singapura.
Melansir Detik.com, data di Badan Pusat Statistik mencatat, dalam dua bulan di tahun 2020 ini kenaikan ekspor masker ke tiga negara itu sebesar 504,534 persen. Angka terasebut didapat berdasarkan total ekspor di tahun 2019 yang mencapai US$ 14.996, menjadi US$ 75,67 juta di dua bulan awal tahun 2020.
Paling signifikan dari kenaikan ekspor alat kesehatan tersebut terjadi di China. Akhir tahun 2019 hanya senilai US$ 496, menjadi US$ 26,43 juta atau meningkat 5,3 juta persen per Februari 2020.
Jika data BPS itu dirinci, ekspor masker Indonesia ke China pada tercatat US$ 826,14 ribu di Januari dan US$ 25,60 juta di Februari 2020.
Sedangkan ke Singapura, tercatat US$ 4.451 per 2019 menjadi US$ 36,84 juta atau naik 827.645% per Februari 2020. Rinciannya, sebesar US$ 559.416 di Januari dan US$ 36,28 juta di Februari 2020.
Ekspor masker ke Hong Kong tercatat naik 123.274% dari US$ 10.049 di akhir 2019 menjadi US$ 12,39 juta per Februari 2020. Rinciannya, US$ 1,76 juta di Januari dan US$ 73,90 juta di Februari 2020.
Di Gorontalo sendiri apotik-apotik besar seperti Kimia Farma, juga minimarket, tidak menyediakan lagi masker.
Tak jelas kapan ketersediaan masker dan cairan pencuci tangan ini, namun warga berharap pemerintah bisa membantu pengadaan barang yang saat ini menjadi langka tersebut.
Yusuf Djafar, salah seorang warga Wonggaditi mengungkapkan, selama virus corona ini merebak, dirinya mulai kesulitan mendapatkan masker.
“Kalau untuk cairan pencuci tangan masih bisa kita ganti dengan yang lainnya. Tapi kalau maskere ini, tidak tau mau cari dimana lagi,” ungkap Yusuf diwawancarai Rabu (18/3/2020).
Hal yang sama juga diungkapkan Fitria Ali, karyawan di perusahaan swasta ini mengaku sulit mendapatkan masker.
“Kalaupun dapat, tidak banyak. Harganya juga sudah berapa kali lipat. Kepada pemerintah, kiranya ini jadi perhatian serius. Animo masyarakat untuk mendapatkan barang ini sangat tinggi. Sementara ketersediaannya semakin langka. Belum lagi harganya yang tidak masuk akal lagi.(luk)