Gorontalo, mimoza.tv – Setiap orang memiliki pengalaman masa kecil yang berbeda. Ada yang punya pengalaman lucu, menyenangkan dan menantang. Ada juga yang memiliki pengalaman yang sedih, menyakitkan serta memalukan untuk diingat. Diantara semua jenis pengalaman itu pasti ada momen yang tidak pernah bisa pudar dari ingatan kita atau tak terlupakan.
Seperti yang diutarakan oleh adhan Dambea, yang selama menempuh pendidikan di jenjang SMP, tidak pernah mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR), bahkan pernah memukul guru.
Lewat tayangan streaming di facebook, Wali Kota Gorontalo periode 2008 – 2013 ini bertutur soal pengalamannya waktu kecil, saat mengenyam pendidikan di bangku SD dan SMP, politik hingga pengalaman cinta.
“Saya dulunya adalah penggemar sepak bola. Namun karena dasarnya saya orang kasar, setiap kali bermain pasti berkelahi. Di sekolah saya pernah jadi ketua kelas. Saat gurunya tidak ada, saya menyuruh pulang teman sekelas. Besoknya saya dimarahi,” ucap pria kelahiran 7 Juni 1958 ini.
Saat naik ke kelas dua SMP pun demikian. Pernah di perintah oleh guru untuk menyelesaikan tugas rumah (baca: PR). Namun kata Adhan, dirinya tidak pernah mengerjakannya. Ketika dipanggil guru kedepan dan menanyakan sebab tidak mengerjakan PR, pria yang yang pernah menjabat sebagai Ketua DPRD Kota Gorontalo ini mengaku memang tidak mengerjakan PR tersebut.
“Mendengar jawaban itu, guru mata pelajaran itu menjewer telinga saya. Kemudian balas dengan memukulnya. Sejak peristiwa itu, saya tidak meneruskan sekolah lagi,” kenang Adhan.
Tak lagi melanjutkan pendidikan, Adhan kemudian pindah ke daerah Boalemo dan beralih profesi menjadi seorang rodist (crew grup band).
“Di Kecamatan Telaga itu ada yang namanya Band The Heros. Saya ikut mereka manggung di beberapa tempat di Boalemo. Tugas saya adalah tukang pikul alat. Karena waktu itu masih pake Toa (pengeras suara berbentuk corong). Tugas saya panjat-panjat pohon untuk ikat Toa itu,” kata Adhan disambut tawa host Helmy Rasid.
Selain pikul-pikul alat band, tugas Adhan selaku crew band juga adalah publikasi. Jelang manggung dia ditugaskan oleh pemilik grup band untuk keliling dari kampung ke kampung, mengajak masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan band. Tugas inilah yang kemudian bisa melatih dia sehingga bisa tampil berbicara didepan umum.
“Dari tugas itu saya kira malah menambah pengetahuan bagi saya. Tidak menggunakan teks atau naskah. Namun secara spontan dan berulang-ulang, akhirnya bisa tampil berbicara dimuka umum,” ucap Adhan.
Terjun di dunia hiburan, kata Adhan tak lepas dari mabuk minuman keras. Adhan mengaku setiap manggung pasti mabuk. Bahkan, dunia miras menjadikan dirinya akrap dengan pergaulan (maaf) perempuan penghibur.
“Pasti ada itu. Selama masih manusia normal, pasti itu ada. Tapi kalau mengatakan tidak, itu munafik,” ucap dia.
Usia Adhan kala itu sekitar 14 tahun. Sudah merokok, mimum minuman keras. Pulang rumah terkadang nanti enam bulan. Bahkan saat pulang, dia pernah membawa lari sepeda milik orang tua.
“Saya bawa lari sepedanya. Berangkat dari Telaga sampai di Botumoito. Jaraknya dua hari perjalanan,” jelas AD, sapaan akrabnya.
Tahun 1977, Adhan kemudian terjun di politik, dengan melamar di sekretariat Golongan Karya (sekarang Partai Golkar).
Kata Anggota DPRD Provinsi Gorontalo periode 2019 -2024 ini, Awal karir politik di partai berlambang pohon beringin adalah sebagai tukang sapu, tukang buat undangan sekaligus tukang antar.
Sementara kebiasaan mabuk mabukan juga tidak berubah meski sudah di dunia politik. Selama di Partai Golkar Adhan mengaku banyak pengalaman yang dia dapat.
Pergaulan politik Adhan juga meluas hingga ke DPRD. Dia banya mendengar berbagai perbincangan dan petuah dari para politisi waktu itu. Sehingga ada saja hal-hal dari pembicaraan itu yang diimplementasikan dalam kehidupannya.
Untuk masalah cinta pun demikian. Adhan mengaku pernah punya kekasih saat dirinya masih jadi crew grup band. Bahkan hingga saat ini dia pun masih menyimpan foto kekasih yang pertama hingga yang terakhir.
Ditanya Helmy, apa istri sekarang tidak komplen, Adhan menjawab, dalam hidup harus bersikap terbuka.
“Jangan berbohong. Contoh, nama asli Aty. Tapi di kontak telepon ditulis Kapolres. Ini yang bahaya, bahkan bikin kacau. Jadi bagi saya kuncinya adalah keterbukaan. Makanya sampai sekarang saya masih menjalin komunikasi dengan mereka. Tidak ada mengungkit masa lalu, dan hanya jadikan komunikasi itu adalah silaturahmi. Jangan sudah putus sudah tidak ada silaturahmi. Biasa jo kwa,” tutup Adhan disambut kelakar tawa.(luk)