Gorontalo, mimoza.tv – Sejak berdiri sekitar sebulan lalu olahraga Tenis di Gorontalo seolah bergairah kembali, terutama di kalangan anak-anak dan remaja, yakni dengan dibukanya Azwa Tenis akademi atau ATA. Setiap sore pada hari Sabtu dan Minggu, puluhan anak berusia mulai dari usia 6 hingga belasan tahun belajar dan berlatih olahraga yang diciptakan zaman Yunani pada abad pertengahan sekitar tahun 1300 ini.
Diwawancarai wartawan ini, Rahmathya Deu selaku Pimpinan Sekolah Azwa Tenis Akademi menyampaikan, ide didirikannya sekolah khusus olahraga Tennis di Gorontalo ini lantaran melihat begitu banyak minat masyarakat terutama dikalangan anak-anak dan remaja.
“Ide awal didirikan sekolah ini karena adanya anak-anak kita yang punya bakat, tetapi di Gorontalo sendiri belum ada pendidikan secara profesional untuk olahraga Tenis. Kami juga melakukan riset, dan ternyata di daerah lain itu sudah ada komunitas Tenis khusus anak-anak dan remaja. Bahkan sudah ada turnamennya,” ucap Rahmathya diwawancarai di Sekolah Tenis ATA, kompleks Kantor BP2JK Wilayah Gorontalo, Minggu (11/12/2022).
Selain itu juga lanjut dia, di Gorontalo juga belum ada yang melatih secara intens, terstruktur dan terprogram secara professional.
Memang kata dia, di Sekolah Tenis ATA sendiri, awalnya anak-anak tersebut bisa dikatakan dipaksa untuk bisa memukul bola dulu saat latihan. Setelah beberapa kali, diatara anak-anak tersebut mengajak teman sebayanya untuk ikut di sekolah Tenis.
Di satu sisi lanjut Rahmathya, olahraga yang disukai oleh Raja Louis X dari Perancis ini menjadi obat mengatasi kejenuhan, serta ketergantungan dengan gawai atau telepon genggam.
“Jadi ketika mereka mulai menyukai olahraga ini, mereka jadi menunggu-nunggu kapan ya hari Sabtu dan Minggu. Dan ini juga membantu mereka dari ketergantungan telepon genggam. Biasanya selepas sekolah main handphone, akhirnya tidak kepikiran lagi dan beralih di Tenis,” imbuhnya.
Dalam pengamatan, Rahmathya juga merasa takjub dengan para murid di sekolah Tenis ATA. Menurutnya, Tenis bukan saja olahraga bagi anak-anak, tetapi bmenjadi tempat dia refreshing.
“Karena sudah semakin banyak, akhirnya mereka interaksi satu dengan lainnya. Bahkan mereka sudah menciptakan komunitas mereka sendiri. Memang awalnya ini saya bentuk sekolah ini salah satunya adalah kebiasaan hidup sehat. Tapi ternyata peminatnya banyak. Dan ini yang membuat saya takjub ke mereka,” kata Rahmathya.
Dirinya menambahkan juga, dengan sekitar 30 siswa, sekolah Tenis ATA terdiri dari 5 orang pelatih professional, salah satunya adalah mantan atlet Tenis Nasional.
Selain untuk kesehatan, sekolah Tenis ATA juga kata Rahmathya ada misi sosial. Kata dia, bermula ketika Pelatnas Tenis untuk anak-anak.
“Kita suport dengan mengirimkan satu orang anak untuk ikut Pelatnas. Hal ini di inisiasi oleh Wakil Kepala Kejaksaan Tinggi Gorontalo, Pak Sila Pulungan. Dan ternyata ini menjadi sasaran kita, ternyata untuk anak yang berprestasi ini ada wadahnya yakni Pelatnas,” ucap Rahmathya.
Rencananya sambung dia, pada bulan Januar 2023 nanti pihaknya akan mengadakan turnamen atau kejuaraan Tenis khusus untuk pemula. Tujuannya adalah untuk melatih mental bertanding.
“Turnamen yang akan kita gelar nanti skalanya Provinsi Gorontalo. Jadi ini untuk melatih mental mereka dulu. Soal juara itu belakangan,” tandasnya.
Setali tiga uang, Mohammad Lucky Alaina selaku Koordinator Pelatih di sekolah Tenis ATA mengatakan, dari sekitar 30 siswa yang dilatihnya itu bervariasi usianya. Mulai dari usia muda sekitar 6 tahun, hingga ada yang usianya 13 tahun. Para siswa itu kata Lucky di bagi dalam beberapa kelas. Diantaranya dari pemula, lanjutan, hingga prestasi
“Dalam pertandingan TDP yang diberlakukan itu ada kelas usia 10 tahun, 12 tahun, 14 tahun, 16 tahun hingga 18 tahun. Di sekolah kita ini di dominasi oleh anak usian 7 dan 9 tahun. Untuk Pemula ini bagi mereka yang baru mengenal raket. Begitu mereka sudah bisa itu kita pindah ke kelas lanjutan. Jadi di sekolah ini mereka di evaluasi terlebih dahulu sebelum naik ke kelas selanjutnya,” ungkap Lucky.
Dirinya juga mengaku, untuk melatih mental para siswa itu sejak usia dini. Ketika sudah terbentuk di semua kelas. Contohnya kelas prestasi, ketika mental para siswa ini sudah terbantuk, jadi tidak takut lagi untuk bertanding, siapapun lawannya.
“Sejak sekolah ini berdiri hingga saat ini, progres anak-anak sangat bagus. Bahkan ada yang baru empat kali pertemuan saja sudah bisa memukul bola. Langkah-langkahnya mereka sudah dapat. Termasuk sudah bisa mengembalikan bola. Respon mereka bangus. Disini mereka jadi banyak kawan. Saya berharap mereka ini kelak menjadi atlit Tenis berprestasi, jadi kebanggaan bukan saja hanya sekolah ini, tapi juga kebanggaan daerah,” tutup Lucky.
Pewarta : Lukman.