Gorontalo, mimoza.tv – Jatuhnya pesawat perintis SAM Air PK-SMH (DHC6) sekitar 300 meter dari landasan Bandara Bumi Panua, Kabupaten Pohuwato, Ahad (20/10/2024), kembali menambah panjang daftar kecelakaan udara di Indonesia. Insiden ini mengingatkan kita bahwa kecelakaan pesawat bisa terjadi kapan saja, dengan berbagai faktor yang dapat berkontribusi.
Salah satu faktor penyebab adalah angin kencang dari atas, belakang, atau samping yang bisa menyebabkan pesawat kehilangan kendali akibat hilangnya udara di sekitar sayap pesawat, atau yang dikenal dengan turbulensi. Dalam kondisi ini, pesawat dapat kehilangan kecepatan saat berada di ketinggian tertentu. Situasi yang paling berbahaya adalah microburst, yaitu aliran udara yang mendadak, kuat, dan terlokalisasi, yang sangat berisiko bagi pesawat saat lepas landas atau mendarat. Microburst adalah tantangan besar yang dihadapi oleh awak pesawat, meskipun mereka telah menjalani pelatihan ekstensif.
Cuaca ekstrem juga menjadi faktor penting. Hujan lebat atau badai salju bisa membuat landasan licin, menyulitkan proses pendaratan dan lepas landas. Selain itu, sambaran petir di udara dapat menyebabkan gangguan teknis yang berdampak serius pada penerbangan.
Faktor lain yang tidak kalah penting adalah kegagalan sistem perangkat lunak, seperti auto-pilot, yang mungkin tidak berfungsi dengan baik dalam kondisi cuaca yang berubah mendadak. Miskomunikasi antara pilot dan petugas menara kontrol bandara juga bisa menjadi penyebab kecelakaan, terutama saat lepas landas atau pendaratan.
Kesalahan manusia seperti kelelahan pilot, tindakan penumpang yang tidak tertib, serta masalah teknis seperti kerusakan mesin atau kekurangan bahan bakar juga berpotensi menyebabkan kecelakaan. Bahkan, aksi kejahatan seperti pembajakan, terorisme, atau pesawat yang terkena peluru kendali di zona perang bisa menjadi faktor penyebab jatuhnya pesawat komersial.
Dengan berbagai kemungkinan penyebab ini, kecelakaan pesawat menjadi risiko yang harus terus diminimalkan melalui peningkatan keselamatan penerbangan, baik dari sisi teknologi, prosedur, maupun pelatihan awak pesawat.
Penulis: Lukman.