Hai mari berhimpun dan bersuka ria. Hai mari semua ke Betlehem. Lihat yang lahir, Raja Balasorga. Sembah dan puji Dia, sembah dan puji Dia. Sembah dan puji Dia, Tuhanmu.
Gorontalo, mimoza.tv – Lagu pujian “Hai Mari Berhimpun” mengalun indah di Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo (GPIG) saat Pendeta Yemima Samade-Adilang, S.Th, melangkah memasuki ruang ibadah. Jemaat dengan penuh semangat mengikuti nyanyian tersebut, menandai dimulainya perayaan Natal di gereja tertua di Gorontalo.
Pendeta Yemima memulai ibadah dengan menyalakan lima batang lilin Natal di depan mimbar. Ia kemudian mengundang jemaat untuk bersukacita dalam iman, mengutip ayat Lukas 2:11: “Hari ini telah datang bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan di Kota Daud. Karena itu marilah dalam sukacita iman dan hati yang bersyukur kita menyembah Yesus Kristus, Sang Juruselamat dunia.” Jemaat pun serentak menjawab, “Hati kami siap ya Allah untuk mengagungkan namaMu di dalam persekutuan ini.”
Tidak seperti tiga tahun sebelumnya saat pandemi COVID-19 membatasi aktivitas, perayaan Natal kali ini dihadiri oleh ratusan jemaat yang memenuhi ruang gereja. Suasana khidmat terasa kental di Gereja Sentrum, yang berlokasi di Jalan Pangeran Kalengkongan Nomor 13, Kelurahan Tenda, Kecamatan Hulonthalangi, Kota Gorontalo. Di luar gereja, aparat keamanan dari TNI dan Polri berjaga, memastikan ibadah berjalan lancar dan aman.
Gereja Sentrum, salah satu landmark sejarah di Gorontalo yang dikenal sebagai “Bumi Serambi Madinah,” memiliki perjalanan panjang. Didirikan pada abad ke-16, gereja ini menjadi saksi kehadiran misionaris Belanda, J.H. Lineman, yang melayani pembaptisan pertama di wilayah tersebut. Kini, Gereja Sentrum adalah bagian dari 12 cabang kemandirian Gereja Protestan Indonesia (GPI) yang melayani Provinsi Gorontalo, setelah dimekarkan dan diresmikan menjadi GPIG pada 18 Juli 1965.
Selain di Gereja Sentrum, suasana sukacita Natal juga terlihat di GPIG Immanuel, Kota Gorontalo. Pendeta Natalia Rawung Rambet dalam khotbahnya menyampaikan pesan dari 1 Petrus 3:15-16: “Tetapi kuduskanlah di dalam hatimu Kristus sebagai Tuhan! Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberikan pertanggungan jawab kepada setiap orang yang meminta pertanggungan jawab tentang pengharapan yang ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat.”
Ia juga menutup ibadah dengan berkat: “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu.” Jemaat gereja, yang telah berdiri sejak tahun 1938, mengaminkan dengan penuh sukacita.
Dalam perjalanan sejarahnya, Jemaat Imanuel, yang berdiri sejak 1861, telah mencatat berbagai peristiwa penting. Salah satunya adalah proklamasi “GPIG Bersinode” pada 18 Juli 1965, yang menandai kemandirian gereja dengan dasar hukum Staatsblad Van Nederlansch Indie Tahun 1927.
Saat ini, Saat ini, gereja tersebut memiliki ratusan jemaat. Mereka hidup harmonis dan rukun berdampingan dengan warga Muslim di Gorontalo, mencerminkan toleransi beragama yang kental di wilayah ini. Perayaan Natal di “Bumi Serambi Madinah” bukan hanya menjadi momen refleksi iman, tetapi juga perayaan kebersamaan dan kedamaian.
Penulis : Lukman.