Gorontalo, 1 Mei 2025 | Oleh: Redaksi
Pagi yang biasanya tenang mendadak berubah getir. Sebuah pesan singkat datang, menghentak rasa dan waktu.
“Ayo, kita ke pemakaman Kakak Utam.” Begitu bunyinya. Singkat. Penuh duka.
Hari ini, Gorontalo kehilangan salah satu putra terbaiknya. Prof. Dr. H. Rustam Hs. Akili, SE, SH, MH—sosok yang akrab dijuluki Rajawali Pendidikan Provinsi Gorontalo—telah berpulang ke haribaan Sang Khalik. Seorang pendidik, pemikir, dan pejuang nilai yang tak pernah lelah membentangkan sayapnya untuk kemajuan daerahnya.
Pendidikan Sebagai Jalan Juang
Bagi banyak orang, pendidikan adalah profesi. Tapi bagi Prof. Rustam, pendidikan adalah perjuangan hidup. Sebagai Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Duluwo Limo Lo Pohala’a, ia tak hanya membesarkan Universitas Gorontalo, tetapi juga membangun semangat integritas dalam setiap fondasi kampus tersebut.
“Kampus bukan tempat menjual ijazah, melainkan medan lahirnya pemimpin yang jujur,” ucapnya suatu ketika, penuh keyakinan.
Ia tahu betul: masa depan Gorontalo bukan ditentukan oleh gedung tinggi atau anggaran besar, tapi oleh karakter dan moral para generasi muda. Maka ia mendorong sistem audit internal di kampusnya—bukan karena kewajiban hukum, tapi sebagai teladan moral.
Pertemuan Terakhir yang Menyisakan Pesan
Sebelum Ramadan 2025, saya menerima pesan darinya. Ia meminta saya datang ke kampus. Di ruang kerjanya yang sederhana, saya mendapati fisiknya terlihat jauh lebih lemah. Namun semangatnya justru terasa semakin kuat.
“Lukman, pelan-pelan aku mulai melupakan dunia politik. Aku fokus ke kampus sekarang,” ucap Kakak Utam waktu itu, suaranya pelan namun mantap.
Saya terdiam sejenak, lalu menjawab, “Bismillahirrahmanirrahim pak prof. Insyaallah dunia pendidikan di Gorontalo semakin maju.”
Kami saling menatap. Tak banyak kata, tapi rasanya cukup untuk satu perpisahan batin.
Dosen Psikologi Anti-Korupsi: Menggugah Nurani
Di ruang kuliah, Prof. Rustam bukan sekadar mengajar. Ia menggugah. Setiap kalimatnya adalah seruan melawan korupsi, bukan hanya sebagai kejahatan hukum, tetapi sebagai pengkhianatan terhadap kemanusiaan.
“Korupsi itu bukan cuma mencuri uang negara. Ia mencuri masa depan rakyat miskin, merampas hak anak-anak untuk sekolah, dan memenjarakan kemajuan bangsa,” ucapnya di hadapan para mahasiswa yang ia cintai.
Penulis, Pemikir, dan Pemantik
Ia menulis buku, ia bicara di forum-forum ilmiah, dan ia mengajarkan nilai. Salah satu karyanya, “Negara Hukum dan Demokrasi: Teori dan Implementasi”, mendapat pengakuan resmi dari negara lewat sertifikasi HaKI. Tapi di balik lembaran itu, yang paling berharga adalah keberaniannya menyuarakan kebenaran di tengah arus kepentingan.
Warisan Seorang Rajawali
Prof. Rustam pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Reformasi Provinsi Gorontalo. Tapi tak ada jejak ambisi di sana. Ia bukan politisi yang mengejar jabatan. Ia adalah pendidik yang menanamkan nilai—dengan sabar, dengan cinta, dengan keteladanan.
Hari ini, burung rajawali itu telah terbang tinggi. Setinggi-tingginya. Meninggalkan bumi Gorontalo dengan warisan yang tak bisa dibeli dan tak bisa digantikan: keteladanan dan integritas.
Dan di antara doa-doa yang terlantun pelan di pemakaman, kita tahu, sosok seperti Prof. Rustam tak benar-benar pergi. Ia tetap hidup, dalam semangat ribuan mahasiswa, dalam nilai yang ia tanam, dan dalam jejak moral yang ia tinggalkan di tanah ini.
Selamat jalan, Rajawali Pendidikan. Negeri ini beruntung pernah mengenalmu.