Gorontalo, Mimoza.tv — Sejarah pecah di jantung Amerika. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, New York kini dipimpin seorang Muslim — dan dia masih milenial.
Namanya Zohran Mamdani. Politisi 33 tahun dari Partai Demokrat itu menumbangkan nama besar Andrew Cuomo dalam konvensi partainya, lalu melaju mulus memenangkan pemilihan umum. Dari malam perhitungan suara yang riuh, Mamdani berdiri di atas panggung, suaranya pecah menembus sorak pendukung. “Malam ini, kita telah menciptakan sejarah. Saya akan menjadi wali kota untuk seluruh rakyat New York,” ujarnya.
Kisah hidupnya jauh dari jalur elite. Mamdani pernah menekuni dunia film indie, musik rap, dan menulis, sebelum banting setir menjadi konselor perumahan di Queens, membantu warga miskin melawan penggusuran. Ia membangun reputasinya bukan dari aula megah, tapi dari lorong-lorong perumahan rakyat. “Perubahan jalan hidup adalah hal yang tak terhindarkan,” tulisnya di profil parlemen — kalimat yang kini jadi mantra bagi para pendukungnya.
Kampanyenya pun membumi. Ia rutin mengunjungi masjid-masjid, menyapa warga lewat video berbahasa Urdu, dan bicara terbuka soal krisis biaya hidup yang menjerat warga kota. “Tampil sebagai Muslim di ruang publik berarti mengorbankan rasa aman yang sering hanya ada dalam bayangan,” ucapnya dalam sebuah rapat umum musim semi lalu. Dukungan datang deras dari komunitas akar rumput. “Selain Zohran, tidak ada lagi calon yang benar-benar mewakili isu-isu yang saya pedulikan,” kata Jagpreet Singh dari organisasi keadilan sosial DRUM kepada BBC.
Kini, Mamdani memikul tanggung jawab besar menakhodai kota termahal di Amerika. Ia menegaskan New York harus kembali bisa dihuni semua orang. “Satu dari empat warga hidup dalam kemiskinan. Ada 500 ribu anak tidur dalam keadaan lapar setiap malamnya. New York terancam kehilangan hal yang membuatnya istimewa,” ujarnya.
Rencananya tak main-main: layanan bus gratis di seluruh kota, pembekuan sewa dan pengawasan ketat terhadap tuan tanah, jaringan toko kelontong milik kota dengan harga terjangkau, penitipan anak gratis untuk usia enam minggu hingga lima tahun, hingga pembangunan tiga kali lipat perumahan stabilisasi sewa oleh serikat pekerja. Ia bahkan bertekad merombak total kantor wali kota agar bisa menindak pemilik properti nakal dan membangun lebih banyak perumahan permanen terjangkau.
Zohran Mamdani kini resmi menulis bab baru dalam sejarah New York — kota yang keras, mahal, dan selama ini nyaris mustahil ditaklukkan oleh pendatang. Ia datang bukan membawa nama besar, tapi membawa harapan: bahwa New York masih bisa menjadi rumah bagi semua.
Penulis: Lukman.