Gorontalo, mimoza.tv – Persoalan sampah masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak daerah, termasuk Gorontalo. Setiap tahun, ribuan ton sampah menumpuk dan mengancam daya tampung TPA Reguler Talumelito.
Menjawab tantangan tersebut, DPW Partai NasDem Gorontalo mulai menyusun strategi penanganan sampah. Upaya ini dilakukan melalui diskusi bersama Raynaldo Tumilaar, Ketua Forsepsi Korwil Suluttengo, Malut, Papua, yang juga pendiri Bank Sampah Induk Kuntung di Minahasa, Sulawesi Utara. Diskusi tersebut turut dihadiri Ketua Forum Kabupaten Kota Sehat (FKKS) Bone Bolango, Rakhmatiyah Deu, serta sejumlah pegiat lingkungan dan pengelola bank sampah di Bone Bolango.
Sekretaris DPW NasDem Gorontalo, Ridwan Monoarfa, menjelaskan bahwa forum ini menjadi ruang untuk merumuskan gagasan agar pengelolaan sampah tidak lagi dipandang sebagai beban, melainkan peluang ekonomi baru.
“Dalam diskusi tadi kita bahas dari mana harus memulai dan bagaimana membangun ekosistem yang sehat melalui penanganan sampah yang punya nilai ekonomi,” usai diskusi di Kantor DPW Nasdem Gorontalo, Ahad (9/10/2025).
Ridwan, yang juga Wakil Ketua DPRD Provinsi Gorontalo, menilai bahwa ukuran masyarakat modern dan beradab adalah kemampuan mengubah masalah menjadi peluang.
“Kita akan bicarakan ini dengan pihak Pemprov. Tapi sebelum itu, akan kita uji dulu dengan satu model ini di dua kabupaten dan satu kota,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua FKKS Bone Bolango, Rakhmatiyah Deu, mengatakan bahwa tahun 2025 menjadi momentum untuk memperkuat gerakan pengelolaan sampah. FKKS telah berkolaborasi dengan Komunitas Peduli Daerah Aliran Sungai dan Sampah (Kapedas), yang memiliki fasilitas bank sampah dan TPS3R.
“Gerakan menghidupkan kembali TPS3R sudah kami mulai tahun ini. Kami ingin fasilitas itu difungsikan optimal. Kami juga mengajak seluruh komunitas dan pegiat lingkungan untuk berkolaborasi agar sampah tidak sekadar urusan kebersihan, tapi juga bernilai ekonomis dan menambah penghasilan keluarga,” jelas Rakhmatiyah, yang juga Ketua Komisi I DPRD Bone Bolango.
Ia menambahkan, langkah tersebut sejalan dengan gagasan Anggota DPR RI Dapil Gorontalo, Rachmat Gobel, yang gencar mendorong solusi ekonomi sirkular dalam penanganan sampah.
“Kemarin kita diajak Kakak RG belajar ke Bandung. Di sana kita lihat bagaimana sampah bisa diubah menjadi sumber daya. Harapannya, ilmu itu bisa diterapkan di Bone Bolango agar daerah ini tidak hanya sehat, tapi juga berdaya,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Raynaldo Tumilaar menyoroti masih lemahnya sistem pengelolaan sampah di Gorontalo. Ia menilai, daerah ini perlu segera membangun Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) sebagai solusi berkelanjutan.
“Sesuai regulasi Kementerian Lingkungan Hidup, pembangunan TPA open dumping sudah tidak diperbolehkan. Karena itu, konsep TPST perlu dikembangkan. Prinsipnya zero waste, tanpa residu,” terangnya.
Ia menjelaskan, konsep TPST memungkinkan masyarakat berperan aktif melalui sistem bank sampah.
“Dalam skala kecil, masyarakat bisa diberdayakan. Sampah yang sudah terpilah bisa ditampung di bank sampah dan diolah kembali,” tambahnya.
Adapun Ketua Kelompok Tani Eco Enzyme Bongoime, Lukman Polimengo, menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun kesadaran pengelolaan sampah.
“Yang paling penting adalah mengubah paradigma. Sampah bukan masalah, tapi potensi. Kalau paradigma ini diubah, persoalan bisa diatasi,” ujarnya.
Menurut Lukman, memperbanyak armada pengangkut tanpa sistem pemilahan dan pengolahan hanya akan memindahkan masalah.
“Sampah harus diintervensi dari rumah tangga, lingkungan, hingga TPA. Pendekatan dari hulu ke hilir inilah yang bisa memperpanjang usia tampung TPA dan menciptakan sistem yang efisien,” pungkasnya.
Penulis: Lukman
Editor: Redaksi mimoza.tv



