Gorontalo, mimoza.tv — White Line Tennis Club–White Line Tennis Academy (WLTC–WiLTA) kembali mencatatkan prestasi gemilang di pentas nasional. Pada Kejurnas Untad Cup Palu, klub binaan Nuken itu sukses menghadirkan emas satu-satunya untuk Gorontalo, memperkuat reputasinya sebagai barisan tenis paling progresif di kawasan timur Indonesia.
Satu-satunya emas itu lahir dari sektor ganda putri KU-14 lewat duet muda berbakat Fazila Videlya Monoarfa dan Ayunda Gani. Keduanya tampil solid sejak babak awal hingga laga puncak. Stabilitas, ketenangan, dan pola permainan yang rapi membuat pasangan ini tak terbendung, sekaligus menegaskan kualitas pembinaan WLTC di sektor putri—sebuah kerja panjang yang kini mulai menunjukkan hasil nyata.
Di sektor ganda putra KU-14, Fathan Octaviano Monoarfa menyumbangkan medali perak. Sementara tiga medali perunggu lainnya disumbang oleh Danendra Arya Murti Sutrisno dan Moh. Wahyu Abdullah di nomor yang sama. Klub ini juga menambah dua perunggu dari sektor tunggal putri KU-14, masing-masing oleh Fazila Videlya Monoarfa dan Ayunda Gani.
Tambahan satu perunggu lagi datang dari nomor ganda putra KU-10 lewat Alfathur Kamil.













Ketua WLTC/WLTA, Nuken, menyebut keberhasilan ini merupakan buah dari latihan yang disiplin, pembinaan berkelanjutan, serta dukungan berbagai pihak. Ia secara khusus menegaskan bahwa capaian besar ini tak lepas dari dukungan penuh Ketua PELTI Gorontalo, Dr. Ir. Mohammad Firman SH, ST, MT, yang selama ini memberi ruang, fasilitas, serta motivasi bagi perkembangan tenis junior di Gorontalo.
“Tanpa dukungan PELTI Gorontalo dan Pak Firman, perjalanan pembinaan tidak akan sekuat sekarang. Anak-anak bisa berkembang karena ekosistem yang sehat,” ungkapnya.
Menurut Nuken, prestasi ini adalah bukti bahwa Gorontalo punya potensi besar di olahraga tenis. Dengan pembinaan yang tepat, daerah kecil pun mampu tampil dan bersaing di panggung nasional.
Selain membawa pulang medali, para atlet muda WLTC/WLTA juga mendapat kesempatan bertemu dengan sejumlah pemain nasional seperti Edikus Daryanto, Annas Akbar, Ferdy Fauzi, Faizal Aidil, Arham, Nuriman, hingga Claudio R. Lamanauw. Momentum itu menjadi bagian penting dalam proses regenerasi atlet tenis Gorontalo.
“Dengan pembinaan yang konsisten dan dukungan penuh organisasi, WLTC/WLTA bukan sekadar pengumpul medali, tetapi bagian dari masa depan tenis Gorontalo,” tutup Nuken.
Penulis: Lukman.



