Oleh : Charles Ishak
Gorontalo, mimoza.tv – Aroma Pilkada serentak tahun 2018, mulai terasa wanginya. Begitupun hal nya pilkada serentak di dua daerah yang ada di Provinsi Gorontalo, Pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Gorontalo dan Pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Gorontalo Utara.
Tentunya sebagai Ibu Kota Provinsi Gorontalo, Pilwako Gorontalo banyak menyita perhatian publik dan sedikit menggeser dinamika perhelatan politik Pilkada Gorontalo Utara. Drama politik kolosal Pilwako Gorontalo, seakan tak pernah berkesudahan dari cerita dan kisah terdahulu.
Beda tapi hampir sama. Kisah klasik yang seolah berulang-ulang kali terjadi. Bahkan sudah bisa ditebak dan dijawab “Apa yang sedang dan akan terjadi”.
Berbagai macam opini dan wacana politik bergentayangan, mengiringi episode demi episode Pilwako Gorontalo. Sejenak kita tanggalkan dan sedikit tinggalkan proses itu. Sebab bagi penulis sendiri, kondisi ini tidak menarik lagi untuk didiskusikan!
Dahsyatnya lagi, sesungguhnya adalah Pilkada Gorontalo Utara. Bicara Gorontalo Utara bukan hanya sebatas mewacanakan konstetasi pilkadanya. Namun ada hal yang paling penting dan mendasar di Gorontalo Utara. Tidak lebih dan tidak lain adalah “PENYELAMATAN KEPEMIMPINAN DAN RE-ORIENTASI PEMBANGUNAN DAERAH”.
Mari kita bedah bersama !
GORONTALO UTARA adalah salah satu daerah pemekaran dari Kabupaten Gorontalo. Semangat ingin mekar ini tentunya untuk mendapatkan distribusi pelayanan yang maksimal, yang ujungnya adalah KESEJAHTERAAN RAKYAT. Bukan sebatas bagi-bagi jatah kekuasaan.
Sepuluh tahun lebih, Gorontalo Utara mendapatkan legitimasi daerah yang mandiri dan mengalami pasang-surut kekuasaan. Namun pada kenyataannya, sampai detik ini rakyatnya masih jauh dari kata SEJAHTERA.
Awal kepemimpinan yang definitif dibawah komando Rusli Habibie, Kabupaten Gorontalo Utara mulai memperlihatkan geliat pembangunan yang signifikan.
Tahun 2012, sepeninggal Rusli Habibie menuju kursi Gubernur, dan kemudian pucuk pimpinan dilanjutkan oleh Indra Yasin, harapan besar masyarakat Gorontalo Utara bahwa proses pembangunan warisan dari kepemimpinan sebelumnya, dapat berkesinambungan serta berkelanjutan. Tapi faktanya, proses pembangunan justru stagnan dan malah banyak menimbulkan masalah.
Tahun 2013, Indra Yasin terpilih kembali dengan jabatan Bupati, didampingi oleh Wakil Bupati Roni Imran. Pasangan ini terpilih pada saat itu, pastinya membawa harapan baru bagi rakyatnya. Sebagaimana jargon keduanya yang cukup populer dan familiar yaitu SINAR.
SINAR atau cahaya yang menjadi ekseptasi besar rakyat kala itu. Cahaya yang mampu membawa perubahan fundamental, bagi kehidupan seluruh rakyat Kabupaten Gorontalo Utara. Namun faktanya? Jauh api dari panggang. Kira-kira begitulah kondisi Gorontalo Utara hari ini.
Pilkada Gorontalo Utara kali ini adalah momentum paling tepat untuk merefleksikan kembali apa yang ada di Kabupaten Gorontalo Utara. Semua komponen rakyat harusnya mulai berbenah diri menghadapi situasi di masa yang akan datang.
Jangan sampai momentum demokrasi ini, hanyalah sebatas ritual lima tahunan pelepas dahaga kekuasaan. Dan hanya melanggengkan kembali jejak keserakahan.
Oleh karena itu, melihat karakteristik kepemimpinan yang pas dan mumpuni, Rusli Habibie sudah buktikan itu. Bahwa ingin menjadi pemimpin yang berhasil, memang harus sedikit berani dan “GILA” (Gesit, Inovatif, Low profile, Agresif).
Pilkada Hanyalah Jalan, Rakyatlah Penentu.