Oleh : Charles Ishak
Gorontalo, mimoza.tv – Awal Kepemimpinan Anis-Sandi setelah dilantik pada Senin 16 Oktober 2017, adalah babak baru bagi seluruh rakyat Jakarta dalam mengejar semua mimpi dan harapan saat janji-janji kampanye pasangan Anis-Sandi, terterima oleh rakyat Jakarta sehingga berhasil mengantarkan Anis-Sandi menuju kursi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta.
Realisasi target kerja Anis-Sandi, tentu bukan perkara mudah dalam mewujudkannya. Sebab awal mula tantangan besar yang harus dihadapi Anis-Sandi, adalah bagaimana mereka akan berhadapan dengan kelompok masyarakat yang bukan pemilih mereka berdua saat Pilgub beberapa waktu lalu. Ada 42,04 % atau sekitar 2.350.366 yang notabene pendukung dan pemilih Ahok-Djarot, yang lebih ngetop dikenal dengan loyalis Ahok alias Ahokers.
Rivalitas Anis-Sandi dengan Ahok-Djarot selama proses Pilgub Jakarta berlangsung, tentu sedikit-banyak menyisahkan dan mengisahkan cerita, kisah, bahkan luka bagi masing-masing pendukung. Ruang-ruang publik (media) saat itu, banyak memberitakan fakta dan fiksi yang cukup beragam dengan muatan propaganda dan isu-isu sentimentil.
Dan tak tanggung-tanggung pula, Pilgub DKI Jakarta telah menorehkan dan meninggalkan jejak sejarah baru, bagi perjalanan demokrasi di republik ini “Perlawanan Kaum Kecil Jelata Melawan Arus Kekuatan Feodal Dan Kapitalis”. Kemenangan Anis-Sandi dalam Pilkada Jakarta merupakan hasil demokrasi yang sungguh mengagetkan banyak kalangan. Dengan selisih perolehan suara yang cukup jauh dengan perolehan suara Ahok-Djarot yang notabene adalah Petahana yang sangat kuat saat itu.
Kekuatan politik petahana Ahok-Djarot baik elektabilitas, popularitas, maupun akseptabilitas atas kepuasaan publik terhadap kinerja kepemimpinan Ahok-Djarot, yang secara rata-rata faktual sudah bisa dipastikan tak akan mampu disaingi atau pun diungguli oleh siapapun dan oleh kekuatan politik manapun.
Apalagi dari beberapa hasil survey oleh berbagai lembaga survey yang credible, semuanya menempatkan posisi Ahok-Djarot adalah yang tertinggi. Namun pada kenyataannya, fakta berbicara lain, yang pada akhirnya pasangan Anis-Sandi mampu mengalahkan pasangan Ahok-Djarot.
Secara garis besar, hasil kemenangan Anis-Sandi sudah bisa diterima oleh sebagian besar kalangan warga Jakarta. Namun bukan berarti bahwa ke depan, Pemerintahan Anis-Sandi tak luput dari terjangan badai kritik, maupun hadangan politik. Baik kekuatan politik Parlemen DKI Jakarta, maupun kekuatan politik Istana.
Buktinya sebelum Anis-Sandi dilantik, moratorium reklamasi penghentian pembangunan teluk Jakarta telah dicabut oleh Pemerintah Pusat. Padahal salah satu janji politik Anis-Sandi adalah akan menghentikan kebijakan reklamasi pulau Jakarta. Banyak kalangan yang menilai bahwa dicabutnya moratorium reklamasi, adalah bagian dari upaya menghadang program Anis-Sandi.
Paska dilantiknya Anis-Sandi, pada saat memberikan pidato dihadapan rakyat Jakarta pun tidak lepas dari hujan kritikan. Kendati pun jika kita pahami secara seksama, bahwa substansi pidato dari Anis-Sandi tersebut memiliki nilai dan seruan moral yang cukup positif dalam kerangka membangun Jakarta yang lebih baik.
Substansi Pidato Anis-Sandi
Anis Baswedan : Membangun Jakarta dengan Kebaikan dan berkeadilan, demi satu tujuan “Maju Kotanya dan Bahagia Warganya, seruan rekonsiliasi dan bergandengan tangan, menumbuhkan rasa kasih sayang dan semangat persatuan, menyatukan semua energi untuk membangun Jakarta, mengenang sejarah dan peristiwa heroik di Jakarta : Deklarasi Persatuan Pemuda, berkumpulnya para pendiri republik dan perintis kemerdekaan, kumandang pertama Proklamasi Kemerdekaan, Ibu Kota Jakarta adalah episentrum janji dan perbaikan republik bagi seluruh rakyat Indonesia : Janji kesejahteraan, Janji perlindungan, Janji mencerdaskan kehidupan bangsa, Serta ketegasan Negara dalam Visi mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Serta mempertajam kembali petikan pidato Bung Karno bahwa “Sudah Saatnya Kita Menjadi Tuan Di Rumah Kita Sendiri” dengan sedikit menggunakan istilah kolonialisme dan pribumi.
Sandiaga Uno : Apresiasi kepada pemimpin-pemimpin Jakarta sebelumnya, mereka adalah pemimpin yang hebat, mengajak optimisme untuk kebaikan Jakarta yang lebih sejahtera, mengajak membantu pemerintah untuk menggalakkan dan menciptakan lapangan kerja yang di support oleh pemerintah, pendidikan yang lebih baik melalui KJP Plus dengan tujuan lebih tuntas dan berkualitas, pembangunan harus lebih berkeadilan, istiqamah dengan 23 rencana kerja, mohon dukungan agar pembangunan Jakarta tidak berketimpangan yang kaya tambah kaya yang susah tambah susah.
Selamat Bekerja Bapak Anis Baswedan dan Sandiaga Uno…………………………………