Gorontalo, mimoza.tv – Rangkaian sejumlah aksi pro-lingkungan di Kota Gorontalo dipungkasi dengan pergelaran musik akustik di Taman Kota.
Kegiatan yang dibuka Sekretaris Kota Gorontalo, Ismail Madjid ini menghadirkan kelompok musik akustik Tanpa Nama. Mereka adalah kaum muda yang menyuarakan pesan-pesan pelestarian lingkungan melalui kegiatan musik.
“Sejumlah kegiatan yang sudah kami laksanakan adalah lomba kantor pemerintah hijau (green government office), kampanye Kota Hijau melalui media massa, mohuyula penanaman pohon dan bersih sampah, lomba ruang terbuka hijau kelurahan se-Kota Gorontalo, lomba Adipura kelurahan se-Kota Gorontalo, dialog lingkungan, pelatihan fotografi lingkungan, dan lomba Wall Art,” kata Sri Sutarni Arifin, ketua panitia kegiatan, Minggu (3/12/2017).
Menurut Sri Sutarni, konsep kota hijau yang diperjuangkan adalah kota yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan secara efektif dan efisien sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin kesehatan lingkungan, mensinergikan lingkungan alami dan buatan, berdasarkan perencanaan dan perancangan kota yang sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan.
Ada 8 atribut yang menjadi penanda sebuah Kota Hijau yaitu, perencanaan dan design hijau (green planning and design), ketersediaan ruang terbuka hijau (green open space), pengelolaan air yang ramah lingkungan (green water), pengelolaan sampah yang baik (green waste), transportasi ramah lingkungan (green transportation), penghematan energi (green energy), pembuatan bangunan ramah lingkungan (green building), serta adanya masyarakat yang memahami kehidupan yang ramah lingkungan (green community).
Perjuangan untuk mewujudkan kota hijau ini tidak mudah, upaya melalui pendidikan, kampanye dan kegiatan lain digelar. Upaya ini dimaksudkan untuk mempercepat pencapaian konsep kota hijau. Inilah yang selama ini dilakukan oleh Komunitas Hijau Kota Gorontalo.
“Komponen masyarakat sangat menentukan. Oleh karena itu, sejak ditetapkan menjadi Kota Hijau di tahun 2011, di Kota Gorontalo telah terbentuk Forum Komunitas Hijau (FKH),” kata Sri Sutarni.
FKH adalah forum komunikasi antar komunitas masyarakat yang peduli pada lingkungan dan sosial budaya dan nonprofit, bebas dari kepentingan politik dan ekonomi.
“Komunitas hijau ini adalah ujung tombak interaksi masyarakat, terhadap pemanfaatan dan pemeliharaan ruang terbuka hijau,” jelas Sri Sutarni.
Pada penutupan Festival Hijau yang dilaksanakan atas kerjasama antara Forum Komunitas Hijau dan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Aristektur UNG di Taman Kota ini, juga diserahkan sejumlah hadiah kepada para pemenang lomba oleh Wali Kota Marten Taha. (rls)