Gorontalo, mimoza.tv – Bukan sekadar angka di atas kertas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Gorontalo mencoba mengubah arah dialog pembangunan lewat forum yang lebih terbuka dan reflektif bertajuk “Data Talk @Bappeda Garden”, Jumat (17/10/2025).
Forum Diskusi Grup (FGD) yang digelar di halaman kantor Bappeda itu membahas “Optimalisasi Kebutuhan Ruang Destinasi Pariwisata Unggulan Provinsi Gorontalo”, bagian dari rangkaian riset tahun anggaran 2025 yang difokuskan pada sektor pariwisata.
Hadir dalam kegiatan tersebut Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo Wahyudin Katili, Kepala Dinas Pariwisata Aryanto Husain, para akademisi, pelaku wisata, serta unsur media dan masyarakat.
Dua peneliti utama, Mahyudin Humalanggi, SE, M.Si dan Muh. Fakhri Jamaludin, SPW, M.Par., memaparkan hasil awal kajian mereka tentang kebutuhan tata ruang destinasi unggulan di Gorontalo.
Dari Dokumen ke Dialog
Dalam sambutannya, Wahyudin menegaskan bahwa pembangunan tidak bisa lagi berhenti pada tumpukan laporan dan dokumen semata. Pemerintah, katanya, harus berani membuka ruang dialog yang lebih manusiawi, partisipatif, dan berbasis pengalaman nyata di lapangan.
“Biasanya kegiatan kajian seperti ini berakhir pada laporan. Tapi kali ini, kita tidak ingin berhenti di situ. Kita ingin ide-ide segar, gagasan dari bawah, dan refleksi terhadap apa yang sudah kita lakukan selama ini — apakah efektif atau justru perlu dikoreksi?” ujar Wahyudin di hadapan peserta.
Ia menambahkan, Data Talk @Bappeda Garden adalah bentuk kecil dari perubahan besar dalam cara pemerintah berkomunikasi.
“Kita berharap ruang seperti ini bisa juga dilakukan di kampus, di museum, bahkan di destinasi wisata. Pemerintah harus terbuka dan tidak kaku, karena pembangunan itu butuh dialog, bukan hanya data,” tambahnya.
Ruang Santai, Pikiran Serius
Diskusi kemudian dipandu oleh Kepala Bidang Riset dan Inovasi Bappeda Provinsi Gorontalo, Tity Iriani Datau, S.TP., M.Si.
Dalam suasana santai namun produktif, peserta dari berbagai latar belakang — mulai dari pejabat, akademisi, hingga pelaku pariwisata — saling bertukar pandangan soal arah kebijakan pengembangan sektor wisata.
Beberapa isu yang mencuat antara lain penataan ruang destinasi wisata, penguatan daya tarik berbasis budaya dan alam, serta strategi kolaboratif lintas sektor untuk meningkatkan kunjungan wisatawan.
Menurut Tity, konsep Data Talk ini dirancang agar riset tidak lagi menjadi kegiatan elitis yang terpisah dari publik.
“Kita ingin memecah sekat birokrasi dan akademik. Dari data yang dikumpulkan, kita bisa bercerita, menganalisis, dan menemukan solusi bersama. Ini bukan forum satu arah, tapi ruang refleksi bersama untuk melihat Gorontalo dari berbagai perspektif,” ujarnya.
Menuju Pariwisata yang Berkelanjutan
FGD ini merupakan bagian dari program prioritas Gubernur Gusnar Ismail dan Wakil Gubernur Idah Syahidah dalam pembangunan sektor destinasi pariwisata daerah.
Kegiatan ini juga menjadi bagian dari program riset prioritas Pemerintah Provinsi Gorontalo yang menempatkan sektor pariwisata sebagai salah satu motor penggerak ekonomi daerah.
Melalui riset dan forum seperti ini, pemerintah berharap lahir gagasan baru yang tidak berhenti pada wacana, tetapi berlanjut pada aksi nyata yang berdampak langsung bagi masyarakat dan pelaku wisata.
“Kalau tujuan pariwisata adalah agar semakin banyak orang datang ke Gorontalo, maka kita harus tahu apa yang sudah tercapai, apa yang perlu diperbaiki, dan bagaimana membuat orang ingin datang kembali,” tutup Wahyudin.
Penulis: Lukman.