Gorontalo, mimoza.tv – Rangkaian kegiata Rapat Kerja Kesehatan Daerah (Rakerkesda) yang digelar selama dua hari (2 dan 3 November 2022) oleh Dinas Kesehatan Provinsi Gorontalo berakhir sudah.
Diwawancarai wartawan usai kegiatan, Kepala Dinas Kesehata (Dinkes) Provinsi Gorontalo dr. Yana Yanti Suleman menjelaskan, kegiatan tersebut merupakan agenda tahunan Dinkes, dimana kegiatan ini merupakan kali pertama digelar secara luring. Tema kegiatan kali ini kata dia, Cegah Stunting Dengan BerAKHLAK.
“Kegiatan ini kita ramu dalam bentuk diskusi yang menghadirkan dari Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, kemudian juga dari Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI, Kemenpan RB yang sudah menjabarkan tentang bagaimana kita menyelenggarakan stunting secara RerAKHLAK, serta diskusi panel yang dilanjutkan dengan Renja atau rencana kerja,” tutur dr. Yanti.
Lebih lanjut kata dia, untuk Renja sendiri lanjut dia, adalah pemaparan dari masing-masing kepala dinasi kesehatan dari kabupaten dan kota se Provinsi Gorontalo bersama timnya.
“Jadi mereka ini menyusun Renja, apa saja kegiatan yang mereka akan lakukan dari tahun 2023 hingga tahun 2026. Kegiatan ini sendiri diikuti oleh para kepala dinas kesehatan, pejabat struktural yang ada di Dinkes kabupaten dan kota, para Kepala Puskesmas. Jadi Insya Allah dengan kegiatan ini kita sudah ada satu dokumen Renja 2023 -20226,” ujar dr. Yana.
Dokumen itu sambung dia, bukan hanya sekedar dokumen saja. Akan tetapi akan di tindaklanjuti.
“Dasarnya adalah, Gorontalo hingga saat ini angka stunting-nya masih tinggi, yaitu masih ada 27 persen. Olehnya sesuai petunjuk dan arahan dari Pak Presiden, tahun 2026 ini kita harus menurunkannya di angka 14 persen,” imbuhnya.
Dari kegiatan ini dr. Yana berharap, khusus untuk stunting itu sendiri angkanya semakin menurun seiring dengan upaya pencegahan kearah stunting, dan memastikan perempuan usia subur itu sehat.
Selain itu kata dia, memastikan adanya upaya sensitif, yaitu merupakan upaya yang di luar Dinkes yang selaras dengan upaya-upaya kesehatan. Contohnya, pangan yang tercukupi, angka kemiskinan juga turun, dan lingkungan kita yang sehat.
“Yang dari luar Dinkes ini merupakan hulunya. Contoh, kalau warga tidak ada jamban, maka dia akan sakit-sakitan seperti diare dan kurang gizi. Jadi Dinas Kesehatan ini tidak kerja sendirian. Kita berkolaborasi dengan OPD-OPD di luar dari Dinkes. Kalau di persentasikan, yang sensitif ini 70 persen, dan kita 30 persen. Namun, jika keduanya berjalan selaras, Insya Allah stunting ini akan turun,” tutup dr. Yana.
Pewarta : Lukman.