Gorontalo, mimoza.tv – Polemik ketidak hadiran Penjabat Gubernur (Pj.) Gorontalo, Hamka Hendra Noer di acara Musda ke 4 ORARI ORDA Gorontalo rupanya belum berakhir. Pasca Ketua ORARI ORDA Gorontalo, Adhan Dambea melayangkan sikap kekecewaannya, rupanya banyak bermunculan berbagai kritikan dari berbagai pihak.
Padahal, Adhan sendiri pada Jumat (23/12) pekan kemarin meminta kepada berbagai pihak untuk tidak ikut campur atau terkesan membonceng dalam permasalahan antara dirinya dengan Pj. Hamka.
“Saya ulangi lagi bahwa, saya tidak melecehkan pejabat maupun menghina pejabat. Saya hanya mengingatkan beliau terhadap janji. Itu sorotan saya. Tapi setelah saya mengamati, ternyata ada orang maupun kelompok-kelompok yang mungkin saja pernah kecewa dan lain sebagainya, terkesan memanfaatkan momentum saya mengkritisi beliau (baca ; Pj). Bahkan sampai menyerang ke masalah pribadi dengan mengatakan, pejabat ini tidak cocok menjadi Penjagub dan hanya cocok di kementerian dan sebagainya,” kata Adhan di ruang kerjanya, Kantor Yayasan AD Center, Senin (26/12/2022).
Bahkan kata dia beredar di pemberitaan, kritikan juga datang dari mantan Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie, yang narasinya menanggapi kegaduhan soal Pj. Gorontalo.
“Saya baca diberita itu menanggapi kegaduhan. Nah pertanyaan sekarang apanya yang gaduh? Siapa yang gaduh? Yang gaduh ini adalah kelompok-kelompok yang tidak merasa puas. Tidak ada hal yang prinsip dibuat oleh pejabat ini menjadi gaduh. Seperti yang saya sampakan soal janji acara-acara ini adalah kesalahan panitia yang jadwalnya tidak tepat waktu. Jadi ini karena ada orang yang kepentingannya tidak terpenuhi, maka orang itu merasa gaduh,” ucap Adhan.
Demikian juga kata dia, ada LSM yang lerasa gaduh lantaran belum sempat diterima.
“Ada juga teman-teman yang meminta untuk jadi staf ahli dan belum diterima itu merqasa gaduh. Kalau merasa gaduh, misalnya ada program kebijakan Gubernur yang membuat masyarakat gaduh, boleh-boleh saja. Tapi, kalaupun itu program, nah masalahnya yang dijalankan oleh Pak Hamkah saat ini adalah program dari Rusli Habibie,” imbuhnya.
Demikian juga misalnya ada LSM yang merasa gaduh lantaran mutasi jabatan di lingkup OPD Provinsi Gorontalo.
“Itu karena meraka ada keinginan untuk mempertahankan pejabat tersebut. Ada pejabat-pejabat yang mereka jagikan untuk kepentingan mereka. Itu tidak bagus. Yang gaduh saat ini bukan masyarakat biasa. Tapi kelompok-kelompok tertentu maupun LSM . Sekarang pertanyaannya, apa program pak Gubernur yang membuat gaduh masyarakat? Sekarang beliau ada di Bobgomeme. Masyarakat disana menuntut jembatan. Jembatan itu jan waktu masih jaman Rusli Habibie yang gubernur,” tegas Adhan.
Aleg DPRD Provinsi Gorontalo ini juga mengingatkan berbagai pihak untuk tidak memanfaatkan hal ini untuk menyerang.
“Masalah saya dengan Pak Gubernur Hamka hanya masalah janji yang tidak ditepati. Hanya itu dan tidak lebih. Jadi kalau hari ini Rusli Habibie gaduh, karena dana PEN ditolah oleh Penjagub,” pungkas Adhan.
Sebelumnya dalam pemberitaan di media online DM1, tertulis sorotan tajam masyarakat Provinsi Gorontalo dari berbagai lapisan terhadap “perilaku” Hamka Hendra Noer selaku Penjabat Gubernur (Penjagub) Gorontalo yang dinilai buruk, mengundang reaksi banyak pihak. Ada yang menyatakan pro, dan ada juga yang kontra.
Narasi dalam pemberitaan itu tertulis, ,mantan Gubernur Gorontalo dua periode, Rusli Habibie, bahkan harus ikut angkat suara terkait sorotan tajam dari berbagai kalangan terhadap Penjagub Hamka, yang saat ini terus mengalami gesekan dan kian memanas, sehingga berpotensi menimbulkan kegaduhan yang melebar.
Pewarta : Lukman.