Gorontalo, mimoza.tv – Persidangan yang melibatkan mantan Bupati Bone Bolango, Dr. Hamim Pou, selama dua bulan terakhir bukan hanya menjadi ajang pembuktian hukum, tapi juga ujian nurani bagi seluruh elemen penegakan keadilan. Di tengah derasnya opini dan tekanan publik, jalannya persidangan justru mengungkap fakta-fakta yang membuka mata: tidak ada perintah, tidak ada pemotongan, tidak ada aliran dana yang menyimpang.
Para saksi yang dihadirkan, termasuk mahasiswa dan pengurus masjid penerima bantuan sosial, dengan gamblang menyatakan bahwa mereka menerima dana bantuan secara utuh. Tak sekadar menyampaikan fakta, mereka juga menyuarakan terima kasih karena bantuan tersebut telah menyelamatkan pendidikan dan menopang kegiatan keagamaan di tengah keterbatasan.
Lebih lanjut, ahli dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) yang dihadirkan oleh jaksa penuntut pun tidak menunjukkan bukti penyimpangan langsung oleh Hamim Pou. Bahkan, dalam keterangannya, ahli menyerahkan sepenuhnya penilaian kepada Majelis Hakim, menandai lemahnya konstruksi dakwaan yang awalnya dituduhkan.
Fakta penting lainnya adalah bahwa bantuan tersebut telah tertuang secara resmi dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan DPA SKPD. Ini menegaskan bahwa kebijakan tersebut bukanlah keputusan personal, melainkan bagian dari proses pemerintahan yang sah dan terstruktur. Kepala DPPKAD dan bendahara pengeluaran pun memberikan kesaksian yang menguatkan: tidak ada instruksi dari bupati, dan seluruh proses berjalan sesuai ketentuan yang berlaku.
Di tengah proses hukum yang menyita energi fisik dan batin, Hamim Pou tetap tampil tenang, menghormati jalannya persidangan, tanpa menyerang balik atau menyulut kebencian. Ia memilih berdiri di atas keyakinan bahwa kebenaran akan menang, dan keadilan—jika benar ditegakkan—akan membersihkan namanya.
Kini, semua mata tertuju pada Majelis Hakim. Rakyat menanti bukan sekadar putusan hukum, tapi juga ketegasan nurani. Apakah ruang sidang akan menjadi tempat di mana hukum berdiri tegak sebagai benteng keadilan, bukan sekadar alat kekuasaan? Apakah kejujuran dan pengabdian seorang pemimpin akan mendapatkan tempat yang layak di mata hukum dan sejarah?
Insha Allah, kebenaran tidak akan diam. Ia hanya menunggu untuk dibela, dan hari itu kini telah tiba. (rls/luk)