Kota Gorontalo, mimoza.tv – Ketua Komisi C DPRD Kota Gorontalo, Hais Karel Nusi menganggap, Tim Kerja Wali Kota tersebut sangat tidak efektif dan terlalu mencampuri urusan pemerintahan. Bahkan keberadaan Tim Kerja Wali Kota ini, sudah memunculkan kecemburuan dari pihak SKPD.
Keberadaan Tim Kerja Wali Kota (TKW) yang dibentuk sejak kepemimpinan Marten Taha, menurut Ketua Komisi C DPRD Kota Gorontalo, merupakan yang pertama di Indonesia. Sebelumnya, di Provinsi Gorontalo juga pernah menggunakan jasa Tim Kerja Gubernur, namun hanya pada masa transisi dari Gubernur Fadel Mohammad kepada Rusli Habibie.
Hais Nusi mengatakan, telah muncul kecemburuan dari SKPD terhadap Tim Kerja Wali Kota. Dimana Satuan Kerja Perangkat Daerah ini merasa, TKW tersebut sudah lebih tinggi wewenangnya dari SKPD.
“Padahal yang telah diamanatkan dalam Undang Undang, Tim Kerja Wali Kota itu adalah SKPD yang membantu kerja wali kota,” kata Hais.
Bahkan Hais Nusi mendapatkan informasi, bahwa Tim Kerja yang dibentuk wali kota tersebut, sudah terlalu banyak ikut campur dalam urusan pemerintahan, misalnya menentukan jabatan di SKPD.
“Informasi yang masuk ke kami itu, TKW ini sudah terlalu jauh mencampuri urusan-urusan pemerintahan. Salah satunya Baperjakat, dalam penentuan jabatan di SKPD,” lanjutnya.
Dirinya juga menambahkan, terinformasi Tim Kerja Wali Kota ini juga sering melakukan perjalanan dinas. “Yang jadi pertanyaan disini, perjalanan dinasnya kemana? regulasinya apa?. Posisi mereka kan sama dengan tim ahli di DPRD, mereka tidak bisa melakukan perjalanan dinas sendiri,” ungkap Hais.
Hais mengakui, tidak ada informasi kepada pihak DPRD Kota Gorontalo, terkait jumlah dari anggota Tim Kerja Wali Kota tersebut. Sehingga, Hais Nusi mengatakan keberadaan Tim Kerja Wali Kota itu sangat tidak perlu, karena tugasnya tidak efektif. Apalagi pada Januari mendatang wali kota akan cuti Pilwako, yang ditakutkan TKW tersebut akan bekerja hanya untuk kepentingan politik.
Tim Kerja Wali Kota merupakan tim yang dibentuk atas diskresi wali kota, yang terdiri dari sejumlah nama dari kalangan akademisi, seperti Funco Tanipu, Roy Hasiru, Beby Banteng, Supardi Nani, Thoriq Modanggu, Suleman Bouty, dan Sukirman Rahim. (fzl/idj)