Gorontalo, mimoza.tv – Sebanyak 25 warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang buta huruf di Lapas Kelas IIA Gorontalo mendapatkan pelatihan Pendidikan Dasar Keaksaraan Level 1, Kamis (2/12/2021).
Kegiatan yang digelar di Ruang Pendidikan Lapas Kelas IIA Gorontalo tersebut dibuka langsung oleh Kasi Binadik juga Plh. Kalapas, Kasdin Lato serta di dampingi oleh Saiful R.Hasan selaku Karupam Regu Charlie selaku inisiator awal program pengentasan buta aksara bagi WBP.
Saat membuka kegiatan itu Kasdin Lato menyampaikan, buta aksara dasar atau buta huruf merupakan masalah mendasar yang membuat masyarakat hidup dalam kemiskinan. Memberantas buta aksara bukanlah tugas instansi atau lembaga terkait semata saja, seperti Kemendikbud. Namun, menjadi salah satu tanggung jawab seluruh stakeholder, termasuk Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Gorontalo memiliki tanggung jawab untuk mengambil bagian tanggung jawab tersebut.
“Lapas Kelas IIA Gorontalo memiliki andil untuk mendidik warga binaannya untuk menjadi lebih baik lagi berdasarkan amanat UU Pemasyarakatan dan PP 31 Tahun 1999 tentang pembinaan bagi warga binaan pemasyarakatan. Salah satu bentuknya adalah memberikan hak layanan dasar dalam bentuk pembinaan pendidikan bagi warga binaan pemasyarakatan yang belum melek aksara atau buta aksara yang dikemas dalam bentuk Program Pendidikan Keaksaraan Dasar,” ujar Kasdin.
Dalam sambutan itu dirinya menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan tersebut, dimana pengentasan buta aksara ini yang merupakan kolaborasi program unit Binadik dengan unit KPLP Lapas Gorontalo.
“Saya melihat bahwa ide awal program ini merupakan salah satu terobosan dari salah satu wakil narapidana yang berkeinginan untuk meningkatkan kecerdasan dan keilmuan. harapannya ketika kelak bebas nanti WBP yang memiliki keterbatasan buta aksara akan menjadi melek aksara dan dapat hidup normal kembali ditengah tengah masyarakat” ungkapnya.
Kasdin juga berharap, kedepannya kegiatan ini terus berjalan baik, karena kegiatan ini sangat memberikan manfaat bagi warga binaan Lapas Gorontalo khususnya yang memiliki keterbatasan buta aksara.
Dirinya menambahkan, pihaknya telah menyiapkan kurikulum dan silabus program Pendidikan Keaksaraan Dasar)menggunakan metode pembelajaran Aku Cepat Membaca (ACM) Plus, dengan durasi total pembelajaran 120 jam, dengan rata rata setiap pertemuan selama 60 menit atau 1 jam, serta menyiapkan beberapa tenaga pendidik atau mentor terlatih dan sarana prasarana pembelajaran untuk mendukung suksesnya kegiatan.
Pada kesempatan itu juga Kasim Mohungo selaku Ka.KPLP menambahkan, kegiatan pengentasan buta aksara dasar tersebut dilaksanakan mengingat dari hasil pantauan dan identifikasi dari para petugas jaga yang juga sebagai wali narapidana melihat dan mendapati beberapa WBP dibeberapa wisma pondok yang masih buta aksara.
Ketika dimintai tanggapannya ditempat terpisah Saiful Hasan mengungkapkan bahwa ide ini lahir dari bentuk keprihatinan petugas dan juga wali narapidana yang masih menemukan beberapa WBP yang masih belum melek aksara.
“Problem ini tentunya berdampak pada terbatasnya komunikasi serta pergaulan diantara sesama WBP. Olehnya ini yang memotivasi saya dan teman teman berupaya mengentaskannya disini, dan Alhamdulilah setelah saya berkoordinasi dengan pimpinan dapat respon baik dan ditindak lanjuti dengan program ini. Mereka more be better, dari yang tidak bisa jadi bisa. Kami ingin memberikan hak untuk dapat mengenyam pendidikan bagi WBP,”tutupnya.
Pewarta: Lukman.