Gorontalo, mimoza.tv – Kalangan relawan kemanusiaan berharap pemerintah dapat secepatnya membuka akses jalan darat ke wilayah Kecamatan Kulawi, Kulawi Selatan dan Pipikoro yang terputus dalam lima hari terakhir.
Rahmat Saleh dari Posko Gabungan Karanjalembah saat diwawancarai Rabu (24/10/2018) mengatakan, meskipun pasokan bahan makanan seperti beras terus dilakukan via udara dengan helicopter BNPB dan Militer, namun tidak cukup dan terbatas untuk memenuhi kebutuhan warga masyarakat di belasan desa terdampak, yang sebagian warga masyarakatnya masih bertahan di lokasi-lokasi pengungsian dengan tenda-tenda sederhana.
Jalur jalan darat ke wilayah itu kembali terputus akibat longsor dan badan jalan yang amblas pada Minggu (20/10) atau enam hari setelah jalan darat dibersihkan dari longsoran tanah untuk memungkinkan truk-truk bantuan kemanusiaan mengantarkan bahan makanan dan kebutuhan bagi masyarakat yang sempat terisolir pasca gempa bumi 28 September silam.
“Sebagai contoh itu desa Toro, desa Toro. Tiga hari pasca gempa itu mereka masih memberikan bantuan pangan ke saudara-saudara mereka yang di Bolapapu, Boladangko yang terdampak sangat parah tapi hari ini mereka telepon, mereka juga butuh beras padahal kemarin mereka menyumbang beras,” kata Rahmat.
Lanjut dia, di Pipikoro yang awalnya tidak terdampak parah sekarang juga butuh beras, daerah seperti Moa yang mampu bertahan satu tahun sebelumnya untuk beras sekarang juga minta beras.
“Jadi, semua orang sekarang minta beras di sana. Ada 14 desa di Kulawi, delapan desa di Kulawi Selatan, kemudian 19 desa di Kecamatan Pipikoro yang terdampak parah maupun tidak terdampak sekarang semua mengeluh logistik,” kata Rahmat Saleh, Relawan Pos Gabungan Karanjalembah.
Rahmat Saleh menekankan setelah membuka akses jalan ke wilayah tersebut, maka selanjutnya juga diperlukan langkah untuk menggerakkan kembali perekonomian sehingga memungkinkan masyarakat mendapatkan uang tunai dari hasil kebun mereka. (yl/lt/luk)
Berita sebelumnya sudah tayang di https://www.voaindonesia.com/