Gorontalo, mimoza.tv – Niko Ilahude, salah satu tokoh masyarakat di Bone Bolango mengungkapkan, pada tahun 2021, ada anggaran senilai Rp 400 juta melalui program Rencana Induk Sistim Pengelolaan Air Minum (RISPAM). Namun saja program tersebut sudah dilaksanakan oleh program yang sebelumnya, misalnya dalam hal pembelian tanah dan lain sebagainya.
Namun yang menjadi pertanyaan Niko adalah, dimanakah dana sejumlah Rp 400 juta tersebut.
“Informasi yang beredar di masyarakat, saya mohon maaf tidak menuduh, berdasarkan informasi itu benar sesuai dengan apa yang kami jejaki. Itu (baca : Rp 400 juta) diberikan ke beberapa anggota DPRD. Dan ada catatannya sama saya, namun tidak bisa saya sampaikan disini,” ucap Niko saat menjadi narasumber di acara talk show Forum Demokrasi Gorontalo (FDG) yang mengangkat tema Puluhan Miliar Penyertaan Modal, PDAM Tak Pernah Untung? Edisi Senin (6/6/2022).
Selain itu kata dia, pada tahun 2022 juga ada penyertaan modal senilai Rp 6 miliar, namun tidak pernah disetujui. Tidak disetujui itu kata dia karena persoalan penyertaan modal yang sebelumnya juga susah untuk dipertanggungjawabkan. Sehingga disinilah muncul rahasia-rahasia yang beredar di masyarakat.
“Ini sudah disetujui oleh kementerian, tetapi Penda Bone Bolango tidak mau menalangi ini. Efeknya tidak bisa cair juga di kementerian. Itu muncul SK fiktif sebanyak 11 orang. Digadaikan di BRI Unit Kabila. Yang ke dua adalah satu unit mobil Inova operasional Direktur PDAM dan 2 mobil dinas jenis pick up (baca : bak terbuka), dan 13 unit motor dinas juga digadaikan di Adira. Dan kami ada bukti untuk itu,” Beber Niko.
Sebelunya juga dirinya mengurai awal penyertaan modal Pemda Bone Bolango sejak 2011 hingga 2021 itu kurang lebih hampir Rp 43 miliar. Di 2018 kata dia, Surat Pemerintah Penerima Hibah (SPPH) dari Kementerian Keuangan dan PUPR untuk sambungan kepada masyarakat yang tidak mampu berjumlah 12 miliar untuk 4000 sambungan, dimana setiap sambunganya pembiayaannya berjumlah Rp 3 juta.
Kata Niko, Dana senilai Rp 12 miliar ini ditalangi oleh Pemda dulu dan baru dicairkan oleh PDAM Bone Bolango ke Kementerian Keuangan.
“Dana Rp 12 miliar ini tidak ada masalah. Hanya persoalannya, sebanyak 1.200 sambungan kepada masyarakat itu dikatakan fiktif. Lokasinya di Kecamatan Tilongkabila. Yang dimaksud fiktif di sini adalah tidak sesuai spek, tidak ada jaringan distribusi air. Dijadikan ini adalah sambungan. Hal ini sudah dilaporkan oleh masyarakat ke Polda, tapi terdiam begitu saja. Mohon maaf saya tidak menuduh ini sudah di 86,” imbuhnya.
Persoalan lainnya kata dia, pada tahun 2019 silam, sejumlah Rp 9 miliar untuk program yang sama dengan sambungan sejumlah 3000 rumah yang tidak bisa dibayar oleh Kementerian Keuangan . Karena setelah di cek fisiknya ternyata fiktif.
“Dana Rp 9 miliar ini ditalangi oleh Pemda dan tidak bisa dikembalikan oleh Perumda Tirta Bolango ke Pemda Bone Bolango. Oleh Pemda, ini dijadikan sebagai penyertaan modal murni. Kalau dibilang penyertaan modal murni, pasti ada bukti fisiknya. Dan itu tidak ada,” tandasnya.
Sementara itu, Kabag Hubungan Langganan Perumda Tirta Bolango, Anwar Badjarat mengatakan, memang pada tahun 2018 ada penyertaan modal sekitar Rp 12 miliar. Namun hal melemparkan pernyataan itu fiktif atau tidak fiktif, dan bahkan sudah dilaporkan ke Polda, hal itu tidak bisa dia tanggapi.
“Mohon maaf saya tidak bisa tanggapi itu. Karena memang secara tidak langsung kalau kita menampilkan tuduhan seperti itu, kemungkinan bisa diklarifikasi di Polda. Kemudian yang 2019 yang sebanyak 3000 SR, mohon maaf kita tidak punya SR sejumlah itu. Yang ada itu penyertaan modal murni ke PDAM,” ucap Anwar.
Berikutnya soal pada tahun 2020 dimana ada 1200 SR, Lanjut Anwar, memang semua SR yang di pasang itu sampai selesai. Begitu juga yang 2021 sebanyak 1200.
Kemudian soal yang kembali hanya Rp 1 miliar 50 juta, kata dia di Pemda itu yang kembali itu adalah Rp 1, 900 juta , dan yang tidak kembali sebesar Rp 1,600 juta.
“Sehingga itu ada beberapa wilayah yang kemarin semestinya pada waktu kita sambung itu sudah harus keluar air. Tetapi begitu kita adakan tes instalasi Longalo Dua ternyata mengalami kemunduran ketika selesai dilaksanakan. Jadi targetnya 2021, instalasi yang dibangun itu sudah selesai. Tapi ternyata sampai sekarang tidak selesai-selesai,” ujar Anwar.
Pewarta : Lukman.