Gorontalo, mimoza.tv – Tuberkulosis atau TBC merupakan penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat Indonesia. Bahkan penyakit yang disebabkan oleh Mycrobacterum tuberculosis ini bisa dibilang jauh lebih mengerikan daripada virus corona yang saat ini tengah mewabah.
Apalagi menurut Badan Kesehatan Dunia, Indonesia menduduki urutan ke tiga dalam 30 negara tertinggi kasus TBC.
Melansir health.grid, tahun 2018 masyarakat yang terjangkit tuberkulosis di Indonesia mencapai 845.000 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, WHO melaporkan perkiraan angka kematian akibat tuberkulosis di Indonesia adalah 35 tiap 100.000 penduduk.
DR. Dr. Erlina Burhan, M.Sc, Sp.P(K), dalam acara ILC beberapa waktu lalu mengungkapkan, penyakit TBC sangat menular dan proses penyembuhannya cukup lama. Bisa 6 bulan, bahkan bisa tahunan.
Namun saja, meski setiap 1 jam ada 11 orang Indonesia yang meninggal lantaran menderita TBC, tetap saja tidak seheboh pandemi corona.
Menurut dokter ahli penyakit paru-paru ini, untuk kasus penyakit TBC ini Indonesia sudah menyatakan diri akan eliminasi TBC tahun 2030. Jadi ada sisa waktunya 10 tahun lagi. Apakah Indonesia Mampu?
Menurut dokter Erlina jawabannya bisa. Asal syaratnya kompak seperti sedang hadapi corona saat ini.
“Padahal penyakit ini sangat bisa disembuhkan, obatnya ada dan bahkan gratis untuk masyarakat Indonesia. Bahkan untuk diagnosa atau bahkan gratis pemeriksaan,” kata Erlina.
Mengenai pengobatan TBC lanjut Herlia, harus diperhatikan sebagai edukasi. TBC juga bisa sembuh selama pasiennya patuh, taat minum obat yang diberikan, juga rutin kontrol sesuai denga janji yang disepakati rutin.
“Bahayanya, ini masih ada terjadi di Indonesia, pasien berobatnya tidak tuntas. Hal itu bisa menyebabkan yang bersangkutan resisten, bahkan terhadap obat yang ada. Kalau sudah resisten pengobatannya lebih lama, obatnya lebih keras, banyak efek sampingnya,” tegas dokter Erlina.
Selain itu menurutnya, hal penting yang harus diwaspadai adalah penularan TBC yang lebih agresif dari virus corona. Penularan TBC bisa dari droplet, juga airbone, alias lewat udara.
“Bedanya dengan virus corona, TBC merupakan penyakit kronik, kematiannya perlahan. Sedangkan corona cepat. Namun sama seperti corona, TBC tidak bisa menginfeksi manusia yang daya tahan tubuhnya bagus optimal,” jelas Erlina.(luk)