Gorontalo, mimoza.tv – Seperti militer di negara-negara lainnya, militer Indonesia juga memiliki pasukan khusus. Komando Pasukan Khusus atau yang disingkat menjadi Kopassus merupakan bagian dari Komando Utama (KOTAMA) tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat.
Awal sejarahnya, pada tanggal 16 April tahun 1952 pasukan elit TNI AD ini didirikan oleh Kolonel Alex Evert Kawilarang dengan nama Kesatuan Komando Tentara Territorium III/Siliwangi (Kesko TT).
Ide pembentukan kesatuan komando ini berasal dari pengalamannya menumpas gerakan Republik Maluku Selatan atau RMS di Maluku.
Pada waktu itu Kawilarang bersama Letkol Slamet Rijadi (Brigjen Anumerta) merasa kesulitan menghadapi pasukan komando RMS. Kawilarang bercita-cita untuk mendirikan pasukan komando yang dapat bergerak tangkas dan cepat.
Untuk membentuk unit komando maka direkrutlah seorang mantan prajurit komando Inggris No.10 (Inter Allied) Commando dan Regiment Speciale Troepen KNIL bernama Idjon Djanbi yang merupakan seorang mantan kapten KNIL Belanda kelahiran Kanada.
Idjon Djanbi sendiri memiliki nama asli Kapten Rokus Bernardus Visser. Dan pada tanggal 9 Februari 1953, Kesko TT dialihkan dari Siliwangi dan langsung berada di bawah Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD).
Pasukan yang dikenal juga dengan baret merah ini memiliki kemampuan khusus seperti bergerak cepat di setiap medan, menembak dengan tepat, pengintaian, dan anti teror.
Tugas Kopassus Operasi Militer Perang (OMP) diantaranya Direct Action serangan langsung untuk menghancurkan logistik musuh, Combat SAR, Anti Teror, Advance Combat Intelligence (Operasi Inteligen Khusus).
Selain itu, tugas satuan yang memiliki moto “Berani, Benar, Berhasil” ini adalah Operasi Militer Selain Perang (OMSP), diantaranya Humanitarian Asistensi (bantuan kemanusiaan), AIRSO (operasi anti insurjensi, separatisme dan pemberontakan), perbantuan terhadap kepolisian/pemerintah, SAR Khusus serta Pengamanan VVIP.
Dalam perjalanan sejarahnya, Kopassus berhasil mengukuhkan keberadaannya sebagai pasukan khusus yang mampu menangani tugas-tugas yang berat. Beberapa operasi yang dilakukan oleh Kopassus diantaranya adalah operasi penumpasan DI/TII, operasi militer PPRI/Permesta, Operasi Trikora, Operasi Dwikora, penumpasan G30S/PKI, Papera di Irian Barat, Operasi Seroja di Timor Timur, operasi pembebasan sandera di Bandara Don Muang-Thailand (Woyla), Operasi GPK di Aceh, operasi pembebasan sandera di Mapenduma, operasi pembebasan sandera perompak Somalia, serta berbagai operasi militer lainnya.
Mengutip berbagai sumber, karena misi dan tugas operasi pasukan elit ini sifatnya rahasia, secara keseluruhan kegiatan tugas daripada satuan Kopassus tidak akan pernah diketahui secara menyeluruh. Contoh operasi Kopassus yang pernah dilakukan dan tidak diketahui publik seperti: Penyusupan ke pengungsi Vietnam di pulau Galang untuk membantu pengumpulan informasi untuk di kordinasikan dengan pihak Amerika Serikat (CIA), penyusupan perbatasan Malaysia dan Australia dan operasi patroli jarak jauh (long range recce) di perbatasan Papua Nugini.
Dibilang pasukan khusus, berarti sekolahnya juga sekolah khusus dong. Yup, benar. Ada pun nama dari lembaga pendidikan Kopassus adalah Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus atau disingkat (Pusdiklatpassus).
Sekolah ini merupakan sekolah awal (Kawah Candradimuka) untuk melatih Pasukan Para Komando, khususnya yang akan bergabung ke Kopassus. Sebelumnya pusdik ini bernama Pusat Pendidikan Pasukan Khusus (Pusdikpassus) yang bermarkasi di Batujajar, jawa Barat.
Sebagai lembaga pendidikan, Pusdiklatpassus dibagi berdasarkan fungsi pelatihannya. Membawahi sembilan sekolah pendidikan diantaranya: Sekolah Para, Sekolah Komando, Sekolah Sandhi Yudha, Sekolah Pertempuran Khusus, Sekolah Spesialisasi, dan Sekolah Raider.
Sekolah ini juga turut menyediakan kursus-kursus spesialis lain, yang juga terbuka bagi anggota TNI AD di luar Kopassus, seperti Kompi Pemburu, Scuba, Daki Serbu, Demolisi, Pandu Udara (Path Finder), dan Penembak Runduk (Sniper).
Pendidikan Komando sendiri sangat berat dan berlangsung selama kurang lebih tujuh bulan atau 28 minggu.
Pendidikannya juga terbagi menjadi tiga tahapan. Tahap pertama pelaksanaan pendidikan dilakukan di basis selama 18 minggu, tahap kedua seluruh peserta akan dilepas di hutan dan pegunungan masing-masing sebanyak dua kali selama 6 minggu, dan tahap selanjutya tahap ketiga diakhiri dengan tahap rawa laut selama 4 minggu.
Dirgahayu KOPASSUS. (red)