Gorontalo, mimoza.tv – Kabar gembira datang dari dunia pendidikak. Dr. Funco Tanipu, ST., MA, menjadi doktor antropologi Covid-19 pertama di Indonesia setelah berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul Analisis Penyebaran Covid-19 Dengan Pendekatan Sosio-Kultural Masyarakat Gorontalo yang digelar di Universitas Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (23/8/2022)
Dalam disertasinya, Dosen Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial di Universitas Negeri Gorontalo ini berfokus untuk menelusuri persepsi warga Gorontalo terhadap Covid-19, dan akibat yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 terhadap sistem kekerabatan dan kearifan lokal di Gorontalo.
“Pandemi Covid-19 bukanlah semata-mata peristiwa kesehatan, melainkan juga peristiwa politik, ekonomi dan sosial budaya. Dengan demikian, penyelesaiannya, juga tidak bisa dilakukan secara eksklusif, melainkan integratif,” ucap Funco dalam keterangan tertulisnya kepada media ini.
Lebih lanjut kata Funco, pola kekerabatan masyarakat Gorontalo yang diikat oleh perasaan bersama dan empati adalah respons terhadap Covid-19. Sehingga kata dia, menjadikan budaya ini tidak mendukung intervensi pemerintah dan sains dalam penanganan pandemi. Secara lebih umum, beberapa kearifan lokal Gorontalo menjadi “tidak arif” lagi saat pandemi Covid-19.
“Kekerabatan dapat menjadi problem jika kemudian ia tidak diterjemahkan kembali dalam kerangka teoritik dan implementasi yang lebih luas dengan basis kesehatan publik,” tuturnya.
Untuk menangani pandemi, Funco menawarkan model Pandemic Governance dengan menggunakan pendekatan sosio-kultural yang diterjemahkan dalam empat dimensi yaitu dimensi aktor, dimensi literasi, dimensi interaksi serta dimensi ruang.
Terinformasi, dalam sidang promosi doktor itu tampil sebagai Promotor dan Co-Promotor adalah Prof. Dr Pawennari Hijjang Ma, Prof. Dr Supriadi Hamdat MA, dan Dr. Yahya MA, Penguji tamu, Menteri pemuda dan Olahraga RI, Prof Dr Zainudin Amali, SE. M.Si, penguji eksternal, Rektor UNG, Dr. Ir. Eduart Wolok ST, MT, IPM, dan tiga orang pemilai masing-masing Prof. Dr. Ansar Arifin, MS, Prof. Dr. Mahmud Tang, MA, dan Dr Ridwan Mochtar Thaha, M. Sc. (rls/luk)