Gorontalo, mimoza.tv – Hingga bulan Agustus 2021, angka peserta program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) – Kartu Indonesia Sehat (KIS) di Kabupaten Boalemo, Provinsi Gorontalo mencapai 74,9 persen. Hal itu tentu tak luput dari usaha BPJS Kesehatan Boalemo, yang hingga saat ini terus mensosialisasikan program pemerintah di bidang kesehatan itu.
Kepala BPJS Kesehatan Boalemo, Laura Gesong, menjelaskan, sosialisasi yang selama ini digalakkan oleh BPJS Kesehatan Boalemo merupakan upaya mengemban dan melaksanakan amanat sebagai penyelenggara jaminan kesehatan.
BPJS Kesehatan Boalemo kata dia, terus melakukan berbagai upaya memperluas cakupan kepesertaan, diantaranya dengan menggandeng pemerintah daerah untuk memastikan warganya memperoleh jaminan kesehatan.
“Salah satu contoh yang kita sosialisasikan adalah manfaat menggunakan Mobile JKN. Indikatornya hingga saat ini sudah banyak yang melakukan registrasi, baik itu peserta mandiri, ASN, TNI – Polri, hingga ke perusahaan perusahaan..Jadi aplikasi yang bisa di unduh lewat App store maupun Play Store ini serba guna atau top cer,” ucap Laura saat diwawancarai di ruang kerjanya, Selasa (31/8/2021).
Dari data yang ada kata Laura, hingga saat ini peserta JKN di Kabupaten Boalemo berjumlah 109.971 jiwa atau sebanyak 74,15 persen, sesuai dengan angka data jumlah penduduk Semester II DKB 2020.
“Secara provinsi memang kita masih terendah ke dua setelah Kabupaten Pohuwato. Kota Gorontalo sudah UHC 95 persen. Ini berbeda dengan kita yang belum UHC. Mereka (baca: Kota Gorontalo) ketika ada warga yang masuk rumah sakit dan tidak memiliki kartu, nanti dari dinas provinsi langsung mengarahkan ke BPJS. Ketika di input langsung aktif. Kalau disini kan berbeda. Di input bulan ini, nanti bulan berikutnya bisa aktif,” imbuhnya.
Laura mengungkapkan, untuk meningkatkan jumlah peserta JKN, pihaknya saat ini mengadvokasi agar pemerintah daerah bisa mendaftarkan kepala desa bersama perangkat desa se Kabupaten Boalemo.
“Hal ini sudah kami sampaikan ke Pemerintah Kabupaten Boalemo baik langsung maupun lewat forum-forung yang digelar on line maupun off line. Kita sudah sampaikan untuk Provinsi Gorontalo, tinggal Kabupaten Boalemo yang belum. Intinya komitmen dari Pemda sendiri menyambut baik hal ini. Kita berharap ini bisa masuk di akhir tahun ini pada anggaran perubahan atau di awal tahun depan,” jelas Laura.
Terpisah, Yerni Jafar, salah satu warga yang berdomisili di Desa Bajo, Kecamatan Tilamuta, Kabupaten Boalemo menuturkan pengalamannya menjadi peserta program JKN-KIS yang sangat membantu saat persalinan anak yang ke dua, Mahesa Junudin.
Secara ekonomi, masyarakat pesisir seperti dirinya sangat kesulitan dalam hal mendapatkan pelayanan kesehatan.
Berkat keikutsertaannya sebagai peserta program itu, sangat membatu dalam mendapatkan pelayanan kesehatan, termasuk persalinan.
“Masyarakt nelayan seperti kami ini ini dari segi ekonomi pas-pasan. Apalagi suami saya ini hanya ikut melaut bersama orang lain. Dapat hari ini, habis hari ini. Beruntung ketika jadi peserta JKN – KIS ini, biaya untuk berobat dan bersalin Alhamdulillah bisa teratasi,” ujarnya.
Yerni mengaku, saat melahirkan Hendra Mahesa, anak kedua, biaya yang dikeluarkan hanya sebesar Rp. 20 ribu rupiah. Uang sejumlah itu juga kata Yurni hanya untuk ongkos naik bentor dan biaya sewa seprai selama bersalin.
“Jujur saja dari segi biaya, masih lebih banyak ongkos persalinan anak pertama kami dibandingkan dengan yang ke dua ini. Itu karena saat persalinan pertama keluarga kami belum jadi peserta JKN-KIS. Jadi wajar harganya lebih mahal. Tapi begitu masuk jadi peserta, tidak hanya proses bersalin saja. Ketika sakit juga kita bisa menggunakanya,” ucap Yerni.
Dari pengalaman itu dia berharap, anak-anaknya kelak nanti akan diikutsertakan sebagai peserta program JKN-KIS itu.
“Dari sisi manfaat, sangat bermanfaat dan berguna. Namun di sisi lain kita berharap kartu ini tidak digunakan, dalam arti, kita berdoa senantiasa diberi kesehatan jasmani maupun rohani oleh Yang Maha Kuasa,” imbuhnya.
Hal senada juga diungkapkan Herni Fana. Salah seorang warga yang tinggal di Dusun 2, Desa Bajo ini juga mengaku, menjadi peserta JKN-KIS juga menjadi anugerah serta memberikan manfaat ketika pernah jatuh sakit.
“Memang tidak ada yang menginginkan kondisi sakit. Maunya sehat terus. Tapi ketika musibah itu datang ke kita, Alhamdulillah ketika berobat kartu ini bisa meringankan beban biaya. Apalagi dengan kondisi keluarga kami yang yang serba pas-pasan. Satu-satunya mata pencaharian suami hanya dari hasil melaut. Jika cuaca buruk dan tidak bisa melaut, ya otomatis tidak ada pemasukan. Makanya saya katakan tadi, ikut serta JKN-KIS ini sangat menolong,” tutur Herni.
Dari pengalaman itu, kini ia bersama suami ikut sebagai peserta program jaminan kesehatan tersebut.
“Dari situ saya membagi penalaman ini kepada saudara –saudara saya, termasuk juga beberapa warga sekitar rumah. Bahwa ini memang benar-benar memberikan manfaat,” singkatnya.
Sementara itu, menurut Abdi fathan N Kuku, sosialisasi kepada masyarakat, terkait dengan JKN-KIS harus gencar dilaksanakan. Apalagi kata dia, dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, maka akses layanan kesehatan itu juga semakin maju.
“Saat ini yang gencar kita laksanakan adalah sosialisasi penggunaan program aplikasi JKN Mobile. Jadi lewat sentuhan jari saja masyarakat bisa mendapatkan layanan kesehatan. Di program aplikasi itu semuanya lengkap. Lewat telepon genggam kita bisa mengetahui dinama saja lokasi fasilitas kesehatan di daerah kita,” kata Abdi.
Tidak terkecuali masyarakat pesisir yang notabene kehidupannya lebih banyak di laut, kata Abdi harus di edukasi.
“Anak dan keluarga mereka kan bisa dibilang sudah menggunakan android. Makanya saat sosialisasi itu kita edukasi juga mereka. Tujuannya tentu mereka bisa menjelaskannya kepada orang tua mereka. Apalagi anak sekarang lebih paham gawai dari pada orang tua. Dilingkungan tempat tinggal saya juga demikian. “Kalau ada saudara yang berkunjung ke rumah, cuma satu hal yang selalu saya sampaikan ke mereka, Jadilah Peserta JKN-KIS karena program ini sangat bermanfaat,” pungkasnya.(luk)