JAKARTA, mimoza.tv – Melihat semakin meningkatnya ancaman disinformasi yang mengotori ruang digital, sekelompok ahli dari berbagai bidang meluncurkan inisiatif terbaru untuk memerangi penyebaran hoaks. Kelompok Kerja Anti Disinformasi Digital di Indonesia, yang disingkat KONDISI, resmi diperkenalkan pada Kamis, 29 Agustus 2024, dalam acara Indonesia Digital Conference.
Inisiatif ini menjadi respons konkret terhadap semakin beragamnya produsen dan penyebar disinformasi di Indonesia. Bila sebelumnya para pelaku hoaks direkrut oleh elite politik, kini mereka berkembang menjadi kelompok mandiri yang melayani berbagai kepentingan. Fenomena ini mengakibatkan ruang publik digital menjadi semakin bising dan tercemar oleh informasi yang salah dan menyesatkan.
“KONDISI hadir sebagai upaya untuk melindungi integritas dan kredibilitas ekosistem informasi kita,” ujar Damar Juniarto, anggota KONDISI yang juga merupakan pendiri PIKAT Demokrasi. “Kolaborasi antara akademisi, jurnalis, dan praktisi media adalah kunci untuk mengatasi masalah disinformasi yang semakin kompleks ini.”
KONDISI berfokus pada penelitian mendalam terkait sumber dan penyebaran disinformasi serta dampaknya terhadap masyarakat. Selain itu, kelompok ini juga akan mengadakan berbagai kegiatan edukasi dan pelatihan untuk membantu masyarakat, jurnalis, dan akademisi mengidentifikasi dan melawan disinformasi. Salah satu inisiatif yang tengah berjalan adalah kolaborasi dengan Tempo dalam penerbitan artikel opini mengenai fenomena disinformasi di Indonesia setiap Senin dalam rubrik “Dialektika Digital”.
Pada acara peluncurannya, KONDISI juga menggelar workshop “Kiat Mengawasi AI bagi Jurnalis dan Media” untuk memperkuat peran media dalam menghadapi tantangan teknologi baru yang dapat digunakan dalam penyebaran hoaks. Workshop ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam membekali jurnalis dan praktisi media dengan pengetahuan yang dibutuhkan untuk melawan ancaman disinformasi di era digital.
Harry Sufehmi, salah satu pendiri MAFINDO dan anggota KONDISI, menegaskan pentingnya langkah kolaboratif ini. “Dalam pertempuran melawan disinformasi, kita membutuhkan strategi yang komprehensif dan terpadu. Dengan menyatukan keahlian dari berbagai bidang, kita dapat menciptakan solusi yang efektif dan berkelanjutan.”
KONDISI juga telah merencanakan berbagai kegiatan lainnya, termasuk kampanye literasi digital yang bertujuan meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya verifikasi informasi dan dampak negatif berita palsu. Melalui kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan, KONDISI berharap dapat menciptakan kebijakan dan strategi yang lebih baik untuk menangani disinformasi di Indonesia.
Daftar penggiat KONDISI mencakup sejumlah nama terkemuka di bidang akademisi, jurnalisme, dan aktivisme digital, termasuk Damar Juniarto, Harry Sufehmi, Ignatius Haryanto, dan Mohammad Heychael. Dengan hadirnya KONDISI, Indonesia mengambil langkah maju dalam menghadapi tantangan besar yang dihadirkan oleh disinformasi, yang kini mengancam kredibilitas dan integritas informasi di ruang digital.
KONDISI membuka pintu bagi berbagai pihak untuk bergabung dalam gerakan ini, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk bersama-sama melawan penyebaran hoaks dan membangun ekosistem informasi yang lebih sehat dan terpercaya.
Berikut ini adalah daftar penggiat KONDISI:
Damar Juniarto, dosen UPN Veteran Jakarta dan pendiri PIKAT Demokrasi (Pusat Inovasi Kecerdasan Artifisial dan Teknologi untuk Demokrasi)
Harry Sufehmi, Co-Founder MAFINDO dan Cyberity
Ignatius Haryanto, Kepala Program Studi Magister Komunikasi Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Direktur LSPP. mantan wartawan Forum Keadilan, D&R, dan Tempo.
Mohammad Heychael, dosen Universitas Indonesia dan Universitas Multimedia Nusantara, peneliti dan mantan Direktur Remotivi
Eriyanto, dosen Universitas Indonesia, peneliti LSI
Wahyu Dhyatmika, mantan pemimpin redaksi Tempo.co, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia
Eva Danayanti, Program Manager International Media Support (IMS), mantan Executive Director AJI Indonesia
Santi Indra Astuti, dosen Fikom UNISBA, Litbang Mafindo dan Japelidi
Anita Wahid, Mafindo, kandidat Doktor
Imama Lavi, UGM, periset Hoax in 2019 Indonesia Election and Cyber Resilience
Wijayanto, Direktur Center of Media and Democracy LP3ES, Wakil Rektor Riset, Inovasi dan Kerjasama Universitas Diponegoro (UNDIP)
Beltsazar Krisetya, pakar politik digital dan periset Safer Internet Lab (SAIL), CSIS Indonesia
Ratna Ariyanti, eks jurnalis Bisnis Indonesia, kandidat Doktor di Ohio University, AS, dengan fokus pada kolaborasi jurnalistik.
Jati Savitri Sekargati, eks jurnalis Metro TV. kandidat Doktor di Glasgow Caledonian University, Scotland, UK, dengan topik riset tentang misinformasi di Pemilu 2024
Muhammad Hafizh Nabiyyin, Kepala Bidang Kebebasan Berekspresi SAFEnet
Ika Idris, Data & Democracy Research Hub, dosen Monash University Indonesia
Derry Wijaya, Data & Democracy Research Hub, dosen Monash University Indonesia
Ika Ningtyas, Koordinator Cek Fakta Tempo. (rls/luk)