Oleh: Funco Tanipu
Tahun ini mungkin bisa kita sebut sebagai Annus Horribilis, dimana tahun ini adalah tahun terberat dan terburuk. Dan bisa jadi akan sama dengan tahun-tahun berikut.
Saat ini, kalau mau cari yang pintar banyak, kalau yang rajin lebih banyak. Ada 10 juta orang yang barusan di PHK akibat pandemi, semua akan sikut-sikutan, saling bunuh, saling hantam agar dapat posisi dan kerja.
Jika kita hanya mengandalkan jalur kedekatan, “pintu belakang”, dan hal-hal primitif lain, siap-siap akan terjungkal. Kompetisi semakin ketat.
Rajin, pintar, dan hal-hal standar lainnya tidak cukup untuk syarat kompetisi. Jutaan orang memiliki hal yang sama. Memang soal rezeki itu aturanNya, tapi semua orang diharuskan berikhtiar.
Kita semua harus bersiap-siap untuk ikut kompetisi selama lima sampai tujuh tahun kedepan, selama pandemi dan resesi berlangsung.
Semua negara mengalami kesulitan, termasuk negara ini, dan khususnya Gorontalo. Imbas dari itu adalah efisiensi. Yang hanya pintar dan rajin pasti akan tersingkir dan disingkirkan. Semua institusi dan lembaga butuh langkah dan agenda dua hingga tiga kali lipat hanya untuk tidak roboh. Karena itu, butuh orang-orang yang tidak berpikir standar, apalagi datar.
Semua lembaga dan institusi termasuk bisnis ingin terus hidup berproduksi, mencetak laba dan untung, dan jangan sampai bangkrut apalagi rugi. Jika hanya mempekerjakan yang menunggu perintah, “yes bos” dan manut-manut, maka institusi dan lembaga akan hancur, roboh dalam pandemi.
Karena itu, jika tak ada inovasi, maka bersiap-siap mengalami masa kesedihan dalam waktu yang lama. Inovasilah yang akan menyelamatkan organisasi (institusi dan lembaga).
Hanya inovasi yang akan membedakan kita dan jutaan orang lainnya. Tak ada inovasi maka sama saja “mati”. Hidup secara fisik, tapi mati secara kualitas dan dalam kompetisi.
Inovasi adalah ikhtiar diri. Inovasi bagi manusia adalah karunia, hidayah dan berkah. Tak akan ada inovasi jika tak ada keberkahan dalam diri. Hanya orang-orang yang diberkahilah yang bisa berinovasi.
Sebagaimana kita melihat bagaimana peradaban Islam yang terbentuk dan menyejarah di masa silam, bagaimana para innovator muslim bisa memulai dan bisa menemukan penemuan cemerlang. Tentu mereka adalah orang-orang yang terberkahi yang selama hidupnya mengabadikan diri untuk berinovasi dengan tujuan meningkatkan kecintaan pada Allah dan Nabi. Bagi mereka, inovasi adalah panggilan, bukan sekedar aktifitas mendesak.
Pandemi, dan masa setelah ini yaitu resesi, adalah masa menderita yang luar biasa. Masa ini bisa disebut masa paling kejam dan ganas. Di tengah kekejaman dan keganasan itulah kita semua dituntut untuk bisa menjadi inovator. Tidak cukup status kita hanya sebagai pekerja, karyawan, dan lainnya. Harus menjadi inovator.
Selamat menjalani Annus Horribilis.