Gorontalo, mimoza.tv – Bupati Boalemo, Darwis Moridu hari ini, Sabtu (7/11/2020) resmi diberhentikan oleh Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian.
Pemberhentian orang nomor satu di Kabupaten Boalemo tersebut tertuang dalam surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.75-3846 tahun 2020 tentang pemberhentian sementara Bupati Boalemo.
Tito memberhentikan bupati yang akrab disapa Darem ini, terkait masalah hukum yang saat I ni dia jalani. Lalu apa saja jejak emosi Darem hingga berujung diberhentikan oleh mantan Kapolri tersebut?.
Berdasarkan rekam jejak, pada bulan Mei 2019 Darem diduga melakukan penganiayaan terhadap Sofyan Mooduto, warga Desa Hungayonaa, Kecamatan Tilamuta. Kala itu menurut pengakuan keluarga korban, awal mula kejadian, Sofyan sempat menanyakan upahnya (uang panjar) kepada Darwis, atas proyek pekerjaan jalan yang kuat dugaan juga milik Darem.
Bukan uang panjar yang didapat, Sofyan justru mendapat penganiayaan dari orang nomor satu di Boalemo. Meski dilaporkan, Darem pun membantah telah melakukan penganiayaan.
Darem membantah, jika telah melakukan penganiayaan, pasti keluar darah atau benjol.
Jika ingatan kita kembali ke beberapa waktu lalu, kasus penganiayaan ini tak hanya terjadi sekali saja. Beberapa tahun silam, Darwis diduga menganiaya Awis Idrus, Warga Desa Kota Raja, Kecamatan Dulupi, hingga meninggal dunia. Kejadiannya, sewaktu dirinya belum menjabat sebagai Bupati Boalemo.
Saat menjabat sebagai Bupati Boalemo pun, jejak emosi Darwis sempat mewarnai pemberitaan di berbagai media.
Simak saja berita kegiatan penyerahan bantuan berupa beras yang sedianya diserahkan langsung oleh Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie di Desa Mohungo, pada Kamis (31/1/2019), malah menuai emosi Darem.
Emosi orang nomor satu di Kabupaten Boalemo tersebut pecah ketika pembagian bantuan yang sedianya dijadwalkan berlangsung pukul 11.30 Wita, tak kunjung dibagikan hingga menjelang sore. Masyarakat yang sudah sejak pagi menunggu, namun pembagian bantuan belum juga dilaksanakan dengan dalih, menunggu kehadiran Gubernur Rusli Habibie.
Jejak emosi Darem selanjutnya adalah tatkala menjalani sidang perkara Pemilu pada bulan April 2019. Lagi-lagi emosinya pecah dan membentak-bentak majelis hakim Pengadilan Tinggi Tilamuta.
Kala itu sidang yang ke empat. Darwis yang tengah duduk di kursi pesakitan tak mampu mengendalikan emosinya. Nyaris persis yang ia luapkan kepada Gubernur Rusli Habibie pada acara pembagian bantuan.
Bahkan, pihak PN Tilamuta sendiri mencatat, Darwis mengeluarkan suara dengan nada tinggi (marah-marah) sebanyak tiga kali, hingga sidang di skorsing tiga kali untuk menenangkan sang Bupati. Video rekaman kejadian pada jam 02.00 dini hari itu pun viral di sosial media.
Pada saat apel pasca cuti bersama Idul Fitri 1441 Hijriah, tepatnya Selasa (26/5/2020) lalu juga emosi Darem pecah lagi. Waktu itu dirinya marah-marah di depan jajaran ASN di lingkungan Pemda Boalemo. Bahkan saking geramnya, Darwis sampai kelepasan bicara.
Bupati yang juga dikenal orang sebagai juragan jagung ini beralasan, apa yang di sampaikan pada Apel tersebut hanya semata-mata dalam rangka melakukan pembinaan terhadap ASN yang ada di Boalemo.
”Saya kan membina ASN yang tidak maksimal dalam melakukan pelayanan terhadap masyarakat. Ada juga ASN yang pinjam uang di masyarakat, dan ini laporan sudah banyak masuk ke saya. Ini kan memalukan ASN, termasuk Bupati, makanya saya bilang kurang ajar itu,” ucap Darem kala itu.
Marah-marahnya Darem ini bahkan mendapat tanggapan dari Prof. Sarson Pomalato saat menjadi salah satu narasumber di program Dialog Fokus Mimoza Tv. Dosen dan Guru Besar di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) ini mengatakan, bukan baru sekali ini Darem melontarkan hal-hal yang kontroversi, bahkan ada yang berujung pada laporan.
“Ada beberapa hal yang saya dapatkan. Yang pertama kita lihat dari karakter gaya bicara. Bukan Darem kalau bicaranya tidak seperti itu. Artinya kalau bicaranya sudah lemah lembut, berarti ada kelainan,” ucap Sarson pada Rabu (3/6/2020).
Hal yang ke dua kata dia adalah dari ketrampilan berkomunikasi. Sarson menilai, ketrampilan berkomunikasi biasanya dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan. Sehingga dalam komunikasi itu akan dibarengi dengan diksi dan narasi yang dipikirkan terlebih dahulu.
Jejak emosi Darem yang lainnya adalah ketika menyebut Gubernur Gorontalo, Rusli Habibie serta tokoh lainnya, Adhan Dambea dan Ishak Liputo, diujung kukunya. Rekaman suara yang merendahkan para tokoh tersebut sempat beredar luas sekitar bulan Juli 2020 kemarin.
Dalam rekaman suara pembicaraan dengan seseorang dalam bahasa Gorontalo itu Darem menganggap sejumlah tokoh tersebut tidak selevel dengannya.
Di chanel Youtube milik O’ Chanel juga Darwis terlibat adu mulut dengan seseorang bernama Pungky. Di akun Youtube berdurasi 7,5 menit itu keduanya terlibat adu mulut dalam bahasa Gorontalo.
Selengkapknya bisa disimak disini.
Mengutip sumber yang lain, Psikolog Dr. Rosemini Adi Prianto mengungkapkan, menjadi seorang pemimpin bukanlah persoalan mudah. Sebagai penentu keputusan dan panutan masyarakatnya, seorang pemimpin haruslah memiliki keseimbangan IQ atau kecerdasan intelektual dan EQ atau kecerdasan emosional.
Psikolog yang akrab disapa Romi ini mengungkapkan, faktor IQ hanya berperan 20 persen dalam kesuksesan karir seseorang. Selebihnya faktor EQ yang menentukan.
Dengan begitu kata Romi, selain pintar dalam akademisi, seorang pemimpin juga harus bisa mengenal emosi, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, memiliki empati dan juga membina hubungan.
Menurutnya, menjadi pemimpin jangan sampai uring-uringan atau stress sendiri. Ia harus mengetahui emosinya. Dengan begitu, ia akan mudah mengelola. Pemimpin juga harus memiliki keseimbangan antara IQ dan EQ. Karena percuma bila memiliki kepintaran dalam hal akademisi, tetapi emosinya mudah meledak-ledak.
“Seseorang yang tidak bisa seimbangkan IQ dan EQ-nya akan lebih lambat sukses dibandingkan yang memiliki keseimbangan,” tandas Romi.(red)