Gorontalo, mimoza.tv – Menjelang pelaksanaan World Coconut Day (WCD) atau Hari Kelapa Sedunia yang akan di gelar di Provinsi Gorontalo, sekelompok anak muda yang nerupakan gabungan dari mahasiswa dan Aliansi Mahasiswa Kawasan Paguyaman Raya Gorontalo (AMKPRG) menanan bibit kelapa di jalan rusak yang berada di Kecamatan Mootilango, Kabupaten Gorontalo.
Menurut AMKPRG, aksi spontanitas ini dilakukan sebagai bentuk protes kepada Pemerintah Kabupaten Gorontalo, yang juga merupakan tuan rumah dari pelaksanaan ivent internasional tersebut.
Ketua Umum AMKPRG, Jasmin Dalanggo dalam penjelasannya sebagaimana yang minoza.tv kutip dari Ligonews.id mengatakan, aksi tanam pohon bibit kelapa di jalan yang berlubang ini mengartikan bahwa masih banyak permasalahan yang harus diselesaikan di Kabupaten Gorontalo.
“Kami menilai kegiatan (baca : WCD) ini terbilang belum matang. Tiba masa tiba akal, kerena ini sebenarnya akan di laksanakan di Kecamatan Asparaga, tapi tiba-tiba sudah pindah di Kecamatan Mootilango,” ucap Jasmin.
Lanjut dia, demikian halnya dengan melihat lokasi kegiatan belum siap untuk di kunjungi oleh para delegasi dari berbagai Negara.
“Kita sudah cek langsung, bahkan lokasi pembangunan Aula Pertanian Mootilango itu belum rampung. Sumber airnya juga belum tersedia. Lebih anehnya pembangunan aula itu ditanah miliknya pak bupati, kalaupun itu menggunakan dana APBD pasti itu ada papan proyeknya,” tegas Jasmin.
Ia menilai, kegiatan WCD tersebut terlihat terburu-buru. Bahkan dengan melihat kondisi di lapangan, sudah ada bibit kelapa yang di tanam, dan bahkan sudah ada mati.
“Jadi kegiatan itu tinggal acara seremonial saja. Tak ada manfaat buat kita sebagai masyarakat Mootilango, karna hanya di tanam di tanah miliknya pak bupati,” ujarnya.
Kata Jasmin, yang lebih parahnya lagi yakni ada mobil DLH Kabupaten Gorontalo yang menjadi bahan angkut material pembangunan aula dan oprasional yang di lokasi WCD. Namun, plat nomor kendaraan itu terbilang tidak terlihat secara kasat mata.
“Padahal ini kegiatan bertaraf internasional, jadi harus lengkap. Tetapi yang terlihat pelaksanaan menghalalkan segala cara,” pungkasnya.
Penulis : Lukman.