Gorontalo, mimoza.tv – Calon Anggota Legislatif dari daerah pemilihan Provinsi Gorontalo, Rachmat Gobel, mencopoti sendiri poster dirinya yang terpasang di pohon, ketika melakukan perjalanan menghadiri kampanye terbatas di Managgu, Kabupaten Boalemo, Selasa (12/12/2023).
“Saya tidak tahu ini siapa yang bikin dan siapa yang memasang. Mungkin relawan yang berinisiatif membuat poster dan memasangnya,” ujar RG.
Gobel bersama Caleg dan sejumlah pengurus dan kader Partai Nasdem melakukan kampanye terbatas di Mananggu, Kabupaten Boalemo, dan di Paguat, Kabupaten Pohuwato. Berangkat dari rumah di Kabupaten Bone Bolango pagi hari, ia kembali dari lokasi kedua kampanye sekitar pukul 16.00.
Saat melintas di Tilamuta, Boalemo, ia mendapati ada poster dirinya yang dipaku di pohon. Ia pun menghentikan mobilnya. Di lokasi itu ia menemukan dua poster. Sekitar dua kilometer berikutnya, ia menemukan lagi ada dua poster yang dipaku di pohon. Ia mencopot sendiri poster-poster tersebut.
“Ini tidak bagus. Jadi harus dicopot. Saya mengimbau kepada relawan agar tidak memasang poster dengan memaku di pohon atau memasang di tempat-tempat yang dilarang KPU. Ikuti aturan dan etika,” katanya.
Gobel mengatakan, pohon di pinggir jalan merupakan fasilitas publik yang ditanam pemerintah. Selain itu, katanya, memaku pohon berarti menyakiti pohon. “Pohon memiliki hak untuk hidup sehat. Pohon juga harus dirawat dan dicintai karena pohon memberikan oksigen untuk kita, menyerap karbon, dan menyejukkan mata. Ini bagian dari mencintai lingkungan kita,” katanya.
Di sepanjang jalan tersebut, Gobel menemukan sejumlah poster yang dipaku di pohon. Namun ia tak memiliki kewenangan untuk mencopot poster yang bukan dirinya. Ia hanya mencopot poster yang bergambar dirinya saja. Menurutnya, tindakannya bukan bermaksud untuk ditiru yang lain atau agar Bawaslu dan KPU melakukan langkah tertentu. Ia hanya mencoba untuk mematuhi aturan dan etika saja. “Ini juga sekaligus instrospeksi diri dan relawan yang bersemangat,” katanya.
Gobel mengatakan, Pemilu dan kampanye pemilu adalah sebuah kontestasi gagasan dan karakter para kandidat dalam berbangsa dan bernegara. “Ini bukan sekadar politik, tapi juga budaya dan etika. Dalam pemilu kita bisa mengukur ada di level mana suatu bangsa. Karena itu, kemenangan bukanlah satu-satunya yang hendak dicapai. Karena pemilu dan kampanye pemilu hanyalah satu etape perjuangan bangsa dan negara untuk mencapai cita-citanya. Jadi ada banyak hal yang bergumul dalam proses ini,” cetusnya.
Dalam kampanyenya, Gobel selalu melakukan edukasi kepada publik tentang etika politik. Seperti soal money politics. Menurutnya, money politics sangat merendahkan harkat dan martabat manusia. Karena manusia lahir mulia. Bagi muslim, saat lahir dan meninggal, akan diazankan di telinga kanan dan diqomatkan di telinga kiri. “Jadi Tuhan sudah memuliakan kita, lalu mengapa kita merendahkannya dengan duit yang nilainya tak cukup untuk membeli seliter beras jika uang tersebut dibagi per hari untuk lima tahun. Rakyat bukan komoditas politik yang hak politiknya diperjualbelikan tiap lima tahun,” pungkasnya.(rls/luk)