Gorontalo, mimoza.tv – Ketua DPW Partai Nasdem Gorontalo, Rachmat Gobel, mengatakan, untuk menghapus kemiskinan bukan dengan sembako, bansos, bantuan langsung tunai, maupun mea-mea alias money politics. Tapi dengan meningkatkan pendapatan masyarakat dengan menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha. “Saya bercita-cita menghapus sakit popoji masyarakat Gorontalo,” katanya, dalam kampanye di Desa Pantungo, Kecamatan Telaga Biru, danbdi Desa Isimu Utara, Kecamatan Tibawa, Kabupaten Gorontalo, Sabtu (3/2/2024) pekan lalu.
Setiap berpidato, Gobel bertanya, “Semuanya sehat?” Mereka menjawab; “Sehaaaatttt!!!” Tapi kemudian mereka melanjutkan; “Yang sakit popoji”. Popoji adalah Bahasa Gorontalo, yang berarti saku atau kantong.
Sejak berdiri tahun 2000 hingga kini, Provinsi Gorontalo selalu berada di peringkat kelima sebagai provinsi termiskin di Indonesia. Kenaikan APBD dan bantuan APBN dari pemerintah pusat serta gonta-ganti gubernur tak banyak membuat perubahan signifikan. Masyarakat tetap hidup miskin. “Ini karena tidak ada pemihakan berarti dari pemerintah provinsi dalam menyusun anggaran. Tak ada pemihakan kepada pertanian, kelautan, UMKM, dan pendidikan,” kata Gobel.
Lebih lanjut Gobel mengatakan, melalui pemihakan kepada pertanian maka pemerintah bisa membangun mekanisme sehingga petani bisa mendapatkan bibit dan pupuk berkualitas serta teknik mengolah tanah yang lebih baik. Dengan demikian, katanya, produktivitas pertanian menjadi meningkat. “Dengan cara itu, pendapatan petani meningkat. Sehingga petani bisa menabung dan menaikkan tingkat kesejahteraannya. Hal serupa juga bisa dilakukan di sektor perikanan dan kelautan. Jadi bukan dengan bansos dan semacamnya,” katanya.
Saat ini, kata Gobel, pengangguran sedang menjadi keluhan serius masyarakat Gorontalo. “Selama saya menjalankan tugas dan tanggung jawab sebagai anggota DPR dan selama saya keliling berkampanya, masyarakat selalu mengeluhkan masalah pengangguran. Karena itu, pemerintah daerah harus memiliki visi dan pemihakan dalam menciptakan lapangan kerja dan kesempatan berusaha,” katanya.
Gobel mengingatkan, money politics adalah salah satu sumber lingkaran setan kemiskinan. “Politisi membeli suara. Rakyat menggadaikan suara. Ada jual-beli suara. Rakyat tak bisa lagi menuntut hak politiknya, politisi tak bertanggung jawab lagi pada pemilihnya. Sehingga mekanisme checks and balances tidak terjadi. Demokrasi menjadi rusak. Semua terjebak pada kepentingan pragmatis masing-masing. Tidak ada lagi yang serius menyelesaikan persoalan rakyat,” katanya.
Karena itu, Gobel mengatakan, dirinya datang bukan untuk membeli suara, tapi untuk menawarkan visi, program, dan integritas dirinya. “Saya datang untuk membangun dan menyejahterakan rakyat. Agar rakyat punya duit dan tidak sakit popoji lagi. Jika mau uang, jangan pilih Rachmat Gobel,” katanya. Lalu ia bertanya ke massa yang hadir: “Mau uang atau mau Rachmat Gobel?” Mereka berteriak: “Mau Rachmat Gobel…!!!”
Melalui uang pribadinya, Gobel telah menata Danau Perintis dan memasang lampu di Menara Limboto. Nilainya mencapai puluhan miliar. Hal itu dilakukan untuk membangun pariwisata di Gorontalo sekaligus menciptakan lapangan kerja dan peluang berusaha kepada masyarakat. (rls/luk)