Limboto, mimoza.tv – Bupati Gorontalo, Nelson Pomalingo, melakukan kegiatan kampanye perubahan iklim sekaligus dirangkaikan dengan menanam pohon bersama masyarakat di Kompleks Bumi Perkemahan Bongohulawa, Kecamatan Limboto, Kamis (9/2). Kampanye ini sebagai bentuk sosialisasi 19 Program Adaptasi Perubahan Iklim (API) Pemkab Gorontalo. Hadir dalam penanaman pohon itu Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo, Winarni Monoarfa, dan juga Ketua Dewan Penasihat Yayasan Transformasi, Sarwono Kusumaatmadja.
“Kami berharap program adaptasi perubahan iklim tidak hanya diketahui dan dipahami tataran birokrat namun menyentuh masyarakat bawah yang terkena langsung dampak perubahan iklim,” ujar Nelson.
Menurut Kajian Kerentanan dan Resiko Iklim yang dilakukan Transformasi tahun 2016, sebanyak 82 dari 204 desa di Kabupaten Gorontalo berstatus rentan terhadap bencana iklim, seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan. Bencana ini berdampak besar bagi kehidupan dan perekonomian masyarakat. Contohnya banjir pada oktober 2016 lalu, yang melanda 13 dari 19 kecamatan, ditaksir menyebabkan kerugian mencapai Rp.300 milyar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Pemkab Gorontalo telah memasukan 19 program API ke dalam perencanaan pembangunan daerah, khususnya Rencana Kerja lintas 9 SKPD terkait. Selain itu, Pemkab Gorontalo menganggarkan 10,5% dari APBD 2017 untuk kegiatan lingkungan hidup, penanggulangan bencana alam, dan perubahan iklim.
Dalam kesempatan itu, Nelson juga menyampaikan rencana menjadikan Bumi Perkemahan Bongohulawa sebagai Limboto Techno Science Park. Sebab wilayah seluas 90 hektar itu jaraknya hanya sekitar 1,5 Km dari Kota Limboto dianggap wilayah yang masih tersisa dan memiliki tutupan pohon yang sangat bagus di seputaran Kota Limboto.
“Limboto Techno Science Park ini juga akan menjadi bagian dari kampanye adaptasi perubahan iklim. Disini kita akan panen hujan karena curah hujan kita sangat tinggi, yang tujuannya untuk mencegah banjir. Selain itu kita akan panen oksigen, karena diharapkan tempat ini menjadi paru-paru yang ada di sekitar Kota Limboto,” ungkap Nelson.
Sementara Ketua Dewan Penasihat Yayasan Transformasi, Sarwono Kusumaatmadja, dalam sambutannya memberikan apresiasi terhadap langkah yang diambil oleh pemerintah daerah Kabupaten Gorontalo. Padahal menurutnya, Kabupaten Gorontalo tidak termasuk dalam 16 Kabupaten dan Kota di Indonesia yang ditunjuk sebagai perintis untuk melaksanakan program pengendalian perubahan iklim.
“Tapi bupatinya bekerja dengan cepat sehingga semua dokumen lengkap dan dukungan anggaran juga sudah lengkap. Banyak sekali jurus-jurus kebijakan yang diambil oleh bupati dan patut didukung oleh Pemerintah Provinsi,” ujar Sarwono.
Sarwono menjelaskan, karena banyak yang terkena akibat perubahan iklim, maka hal ini harus segera disikapi dengan beberapa prioritas, meski banyak sekali yang harus dikerjakan. Ada tiga hal menurutnya yang menjadi prioritas yang juga sudah diakui secara internasional, yaitu ; pangan, air, dan energi.
Sarwono juga menyambut baik ide Bupati Kabupaten Gorontalo membuat Limboto Techno Science Park sebagai pusat pembelajaran dan juga pusat komunikasi. “Kesimpulan saya Gorontalo sudah on tarck dengan kecepatan yang sangat pesat. Dan saya gembira, bersyukur Pak Bupati berada di garis depan dalam perjuangan merebut masa depan untuk anak-anak dan cucu-cucu kita,” ungkap Sarwono.
Sekretaris Daerah Provinsi Gorontalo, Winarni Monoarfa, juga ikut memberikan apresiasi terhadap inovasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Gorontalo. Menurutnya, saat ini mereka sedang menyusun RPJMD untuk level provinsi periode 2018-2022. Urgensi dari pertemuan yang digagas oleh Bupati Kabupaten Gorontalo akan direplikasi untuk tingkat provinsi. Apalagi kata Winarni, momen saat ini sangat tepat, dan berharap Pusat Transformasi Kebijakan Publik ikut merumuskan dan mereplikasi apa yang dilakukan di Kabupaten Gorontalo dalam level penyusunan RPJMD Provinsi Gorontalo.
“Kami ingin menginternalisasikan aspek perubahan iklim ini ke dalam level program provinsi, sehingga ini menjadi payung besar untuk Gorontalo dalam lima tahun ke depan, khususnya dengan memasukan keberpihakan terhadap lingkungan. Dengan demikian seluruh sektor akan kita intervensi melalui program ini. Kami berharap Transformasi yang akan menjembataninya,” ujar Winarni.
Direktur Eksekutif Pusat Transformasi Kebijakan Publik, Santi Evelyna, menambahkan bahwa sebagai subjek yang terkena dampak langsung perubahan iklim, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak siap menghadapi dampak perubahan iklim. Santi mencontohkan bagaimana petani kebingungan dalam menghadapi pola musim yang tak terduga, namun di sisi lain masyarakat juga kurang paham strategi memitigasi banjir yang efektif dan integratif.
Santi melihat perlu sinergitas antara pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan ketangguhan terhadap perubahan iklim. “Kabupaten Gorontalo beruntung memiliki pemimpin yang memiliki semangat trabnsformasi dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berwawasan lingkungan,” tutupnya.
Foto : Istimewa