Gorontalo, mimoza.tv – Provinsi Gorontalo masih menjadikan pertanian sebagai sektor unggulan. Namun saja yang menjadi permasalahan adalah ketersediaan dan harga pupuk.
Permasalahan yang dimaksud adalah soal Permentan Nomor 49 Tahun 2020 Tentang Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Dalam permentan itu disebut, tidak membolehkan petani membeli pupuk bersubsidi jika tidak berkelompok and terdaftar dalam elektronik rencana definitive kebutuhan kelompok atau e RDKK.
Mengatasi hal tersebut, tentu petani Gorontalo harus mencari cara alternatif lain agal hasil produksinya juga tidak turun. Salah satu upaya menggenjot produktivitas pertanian yaitu dengan mengaplikasikan cairan eco enzim pada tanaman yang dapat dimanfaatka sebagai pestisida alami dan juga sebagai pupuk organik dan bio fertilizer, dengan menggunakan eco enzim juga akan menurunkan penggunaan pupuk kimia secara berkelanjutan.
Eco enzim adalah hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula (gula coklat, gula merah atau gula tebu), dan air. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat. Komposisi sampah yaitu 54 persen berasal dari sampah organik.
Manfaat eco enzim untuk pertanian yaitu sebagai filter udara, herbisida dan pestisida alami, menurunkan asap dalam ruangan, filter air, pupuk alami untuk tanaman dan menurunkan efek rumah kaca.
Cara pengaplikasian eco enzim pada lahan sawah sebagai pupuk yaitu dengan menumpahkan eco enzim ke pengairan sawah. Sementara untuk membasmi pestisida adalah dengan cara menambahkan 1 tutup botol ke dalam air kemudian sayuran dibersihkan dan direndam dengan sempurna, setelah 45 menit baru diangkat.
Cara membuat eco enzim yaitu dengan mencampurkan 1 bagian gula/ molases, 3 bagian sampah organik dan 10 bagian air jernih. Campuran tersebut didiamkan selama 3 bulan di wadah plastik kedap udara. Jika pH sudah dibawah 4,0 berarti eco enzim sudah siap dipanen. Sebelum digunakan, disaring terlebih dahulu.
Eco enzim juga bisa dijadikan kompos dengan bahan-bahan: 1) kohe ayam 10 karung, 2) daun gamal 3 karung, 3) daun rumput bunga putih/cromolema 3 karung, 4) batang pisang 1 karung, 5) sekam padi 5 karung, 6) eco enzim murni 1 botol, 7) molase 1 botol dan 8) air. Sementara untuk peralatan yang digunakan yaitu sekop 2 buah, ember 2 buah, terpal 4×6 1 buah dan gembor 1 buah.
Cara pembuatannya dengan mencacah semua bahan dan dicampurkan dengan dedak halus 10 kg. Air 10 liter dicampur dengan molase 4 sendok, EM4 2 tutup dan EE murni 2 tutup, aduk hingga rata kemudian siram menggunakan gempor ke campuran tadi. Campuran tersebut tidak boleh terlalu basah dan tidak terlalu kering. Sesudah itu bahan campuran dibuat segi empat dengan tinggi 40 cm lalu ditaburi dedak halus di atasnya dan ditutup rapat untuk fermentasi selama 2 minggu. Setelah 2 minggu terpal dibuka dan didinginkan selama 1 hari lalu bisa digunakan sebagai media tanam. Tanda bokasi siap digunakan yaitu tidak berbau dan muncul jamur putih di atasnya serta warna kecoklatan.
Pewarta; Lukman.
Dari berbagai sumber.