Gorontalo, mimoza.tv – Bagi Yoyo berurusan dengan hukum dan keluar masuk bui merupakan hal yang sudah sering ia alami. Namun siapa sangka, lewat program Riyadhah yang digagas Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Gorontalo, pengguna NARKOBA kelas kakap di Gorontalo ini berubah 180 derajat. Pria dengan nama lengkap Abdulrahman Joyo Nangalo ini, bukan hanya menjadi eks warga binaan saja, namun lebih dari itu dirinya menjadi ‘ustadz’ atau konselor bagi pengguna NARKOBA.
Tahun 2017 silam merupakan yang ke dua kali Yoyo mendekam di Lapas kelas II A Gorontalo dengan kasus sebagai pengguna barang haram. Sebelum itu, dirinya sempat menghilang selama kurang lebih satu tahun.’
“Awal kejadian tahun 2017 itu sempat buyar semua yang ada di pikiran saya. Buyarnya ini, artinya apa yang Allah kasih selama ini ternyata sangat bermaknya. Sementara tidak dengan itu, saya anggap biasa-biasa saja. Itu usaha saya, dan bukan berkat dari Allah. Setelah tertangkap baru saya sadar seperti itulah nikmat yang Allah kasih ke saya,” tutur Yoyo.
Dirinya mengakui, hal yang telah merubah dirinya setelah mendekam di hotel prodeo adalah rasa kasih sayang Allah kepada dirinya.
Yoyo mengaku bersyukur, setelah masuk ke dua kali untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya itu, dirinya seperti dihantarkan ke kehidupan yang seharusnya dijalani di dunia.
“Hal yang telah merubah saya adalah keluarga. Mereka berharap saya menjadi seperti yang biasa saja, dan bukan seperti sebelum-sebelumnya. Lalu dorongan dari diri saya sendiri, dimana merasa capek hidup lama di lembah NARKOBA. Mungkin ini bisa dibilang titik jenuh yang Tuhan kasih ke saya. Artinya kenikmatan dunia yang saya jalani itu hanya sampai disitu. Kewat mimpi yang berulang kali saya alami, Tuhan mengetuk pintu hati ini, bahwa hanya padanya saya kembali,” ucap Yoyo.
Hal lainnya yang turut mendukung hingga ia sudah seperti hari ini adalah pembinaan yang telah dia dapatkan selama dalam Lapas Gorontalo. Namun kata Yoyo, semuanya harus ada niat dari diri sendiri dulu.
“Niat itu harus dari diri sendiri dulu. Kemudian konsistensi, hingga Tuhan dukung itu lewat program yang Lapas bikin. Jadi ini penguatan bagi diri kita yang benar-benar istiqamah. Bisa dikatakan, bahawa apa yang didapat dari mimpi-mimpi itu Lapas menyediakannya. Ada badan takmir, pengajian dan hal-hal yang bersifat relijius. Dan ini sudah saya terapkan di keluarga. Bagaimana mengajarkan anak dan istri tentang hal spriritual yang didapat dari Lapas,” kata Yoyo.
Setelah mendapatkan Pembebasan Bersyarat (PB) pada bulan Maret 2021 lalu, Yoyo mengaku mendapat banyak tantangan dan godaan untuk kembali ke lembah kehidupan gelap NARKOTIKA.
Namun berkat keteguhan serta ilmu yang dia dapatkan selama dalam Lapas Gorontalo, menjadi benteng yang kokoh dari semua godaan itu.
“Godaan itu tetap ada. Jangankan saya sebagai bekas pecandu, orang yang biasa saja pasti ada godaan. Tapi kembali lagi, berkat ilmu yang kita dapat disini (baca: Lapas), jadi bekal kita. Hidayahnya, saya dipanggil lagi ke pekerjaan sebelumnya, sebagai seorang konselor untuk mendampingi pecandu NARKOTIKA. Jadi ilmu yang saya dapat ini juga saya terapkan saat mendampingi para pecandu.
Yoyo juga mengaku, sosok yang telah merubah dirinya hingga sudah seperti saat ini adalah Kasdin Lato, KASI BINADIK di Lapas Kelas II A Gorontalo. Kata Yoyo, sosok Kasdin telah mampu merubah paradigma masyarakat maupun warga binaan, bahwa penjara tidak hanya menjadi tempat orang menjalani hukuman saja, tetapi bisa merubah seorang penjahat menjadi seorang santri.(luk)