Nagykanizsa, mimoza.tv – Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang, Rachmat Gobel, mengatakan, Provinsi Gorontalo akan menjadi daerah pertama yang akan diterapkan teknologi pengelolaan air laut menjadi minum modern. Hal ini setelah ia dan bersama rombonganmengunjungi industri pengolahan air laut untuk menjadi air minum di Turki dan Hungaria, Kamis, (29//2024).
Menurutnya, Indonesia sangat membutuhkan teknologi ini. Sudah saatnya Indonesia menguasai teknologi pengolah air laut menjadi air minum dan air bersih.
Dalam kunjungan itu dirinya berdialog dengan pimpinan perusahaan penyedia mesin pengolah air laut di Nagykanizsa, sekitar 200 km dari Budapest, ibukota Hungaria. Ia didampingi Anggota DPR RI dari Partai Nasdem, Charles Meikiyansyah, dan Duta Besar Indonesia untuk Hungaria, Dimas Wahab. Sehari sebelumnya, di Istanbul, ia bertemu pimpinan Arbok Ballast Technology. Di Hungaria, ia diterima Kristina Borsos dan Gyorgi Papocsi, keduanya CEO, serta Adrian Kiss, direktur pengembangan bisnis internasional. Hadir pula sejumlah pimpinan lainnya. Setelah mendengarkan presentasi, ia diajak berkeliling pabrik.
Untuk tahap pertama, Gobel akan menerapkan teknologi ini di Gorontalo. “Jika berhasil akan diterapkan di banyak tempat, khususnya di kawasan-kawasan industri yang membutuhkan banyak air,” katanya. Menurutnya, Gorontalo membutuhkan teknologi pengolah air laut ini karena selain lebih efisien juga karena banyak lokasi yang susah air bersih.
Drinya mengingatkan, pentingnya Indonesia menguasai teknologi pengolahan air minum tersebut. Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan yang dikelilingi banyak laut sehingga Indonesia memiliki kemudahan untuk mengelolanya. Kedua, di Indonesia banyak daerah terpencil yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih, khususnya di pulau-pulau kecil, di daerah-daerah pantai, dan di wilayah-wilayah kering. Ketiga, Indonesia menghadapi masalah stunting dan kemiskinan yang membutuhkan solusi cepat dan mudah. Pada sisi lain, katanya, teknologi pengolahan air ini lebih murah daripada dengan mengambil air dari dalam tanah maupun dari mata air. Hal yang lebih penting lagi, katanya, teknologi ini ramah lingkungan. Pertama, dengan mengambil air laut maka air tanah menjadi tidak terganggu. Karena air tanah dibutuhkan untuk penghijauan dan keseimbangan alam. Di sejumlah tempat, seperti di Jakarta, penggunaan air tanah yang berlebihan membuat permukaan tanah terus turun dan air laut mengalami intrusi ke daratan. Di sejumlah daerah, penggunaan air mata air menjadikan penduduk sekitar kehilangan sumber air untuk irigasi maupun untuk keperluan sehari-hari.
“Terjadi perebutan dan konflik air,” katanya. Kedua, tidak ada limbah. Ketiga, teknologi ini menggunakan energi matahari sebagai sumber energinya. Jadi banyak sekali keuntungannya,” katanya.
Gobel juga menerangkan bahwa teknologi pengolah air laut ini bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan irigasi. “Secara biaya lebih murah dibandingkan dengan membangun waduk atau bendungan. Itu penjelasan mereka,” katanya.
Adrian Kiss menerangkan, mesin pengolah ini sangat praktis dibawa dan dipasang. Karena semuanya dirakit dalam bentuk kompon persegi panjang mirip kontainer. Jika ingin menambah kapasitas cukup dipasang berderet dan bertumpuk. “Juga ada ukuran mini yang mobile. Ini untuk kondisi bencana. Karena teknologi ini juga bisa digunakan untuk mengolah air sungai,” katanya.
Adrian menyampaikan, teknologi ini sudah diterapkan di banyak negara di Eropa, Amerika, Afrika, dan Asia. “Di Filipina saja ada di 18 titik,” katanya.
Kristina mengatakan, teknologi yang mereka miliki mempunyai keunggulan dibanding teknologi yang dimiliki negara-negara lain di Eropa. “Secara harga lebih kompetitif, namun yang terpenting secara kualitas kami yang terbaik,” katanya.(rls/luk)