Gorontalo, mimoza.tv – Jika di tanya tentang SMP Negeri 7 Kota Gorontalo, yang lebih dulu di ingatan orang adalah ‘sekolah di atas air’ ada juga yang memplesetkan ‘sekolah hujan sedikit langsung tenggelam’. Ungkapan diatas sepertinya berbanding lurus dengan keadaan sekolah yang terletak di Jalan Ahmad Nadjamudin, Kelurahan Limba U 2, Kota Gorontalo ini.
Tak hanya musim hujan saja, jika saluran air yang berada di belakang dan samping sekolah meluap, guru pun terpaksa memulangkan para siswa.
Alimudin, salah satu pengendara bentor yang sering mangkal di depan SMPN 7 tersebut mengungkapkan, jika musim penghujan seperti ini, menjadi kehawatiran bagi para siswa.
“Jika musim hujan seperti ini, mereka pulang lebih awal dari biasanya. Baru belajar sebentar, sudah pulang,” kata Alimudin.
Perkataan Alimudin ada benarnya juga. Saat wartawan mimoza.tv memantau langsung, nyaris seluruh ruangan tergenang air. Hanya menyisahkan ruang laboratorium komputer dan panggung yang memang letaknya lebih tinggi dari bangunan.
Untuk akses masuk, pihak sekolah telah menyediakan titian dari bangku yang di buat menyerupai jembatan. Di halaman depan sekolah, ketinggian air sekitar 40 cm, atau selutut orang dewasa. Sungguh miris.
Lebih dari 20 ruangan di sekolah ini terendam air. Ruang yang lebih dahulu terdampak adalah ruangan Kepala Sekolah. Ini karena lokasinya berdekatan dengan saluran air. Mushola, laboratorium IPA dan ruangan perpustakaan juga keadaanya serupa.
“Kondisi ini bukan nanti musim hujan saja. Jika saluran air di belakang dan di samping sekolah meluap, ruangan saya yang pertama kali terdampak, lalu ruangan-ruangan lainnya,” ungkap Ismet Ismail, Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Kota Gorontalo.
Lebih jauh dirinya mengungkapkan, tak hanya air dan lumpur saja yang menggenangi sekolah, aneka sampah yang terbawa arus air juga menjejali ruang dan halaman sekolah.
Diruangan guru, semua barang barang terpaksa disusun, diletakkan diatas meja yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak bisa dijangkau oleh air. Di halaman sekolah juga kondisinya mirip rawa. Beberapa ikan kecil dan sampah yang terbawa masuk oleh air terlihat jelas. Padahal di bagian belakang sudah dibuatkan tembok untuk menyekat air masuk.
“Di bagian belakang itu sudah dibuatkan tembok yang tinggi, namun saja jika hujan lebat seperti ini, air masuk dari samping dan depan sekolah. Jika sudah demikian, anak-anak terpaksa kita pulangkan, karena khawatir bisa kena penyakit atau hal-hal lainnya,” tutur Ismet.
Ungkapan senada juga diungkapkan Rita Manangi, salah satu guru di sekolah tersebut. Rita menyayangkan juga kondisi sekolah ini sangat mengganggu aktifitas belajar mengajar di sekolahnya. Jika airnya mulai surut, bukan pekerjaan ringan bagi dia, rekan guru dan para siswa untuk mengeluarkan sisa air, lumpur dan sampah dari ruangan. Waktu yang seharusnya untuk belajar mengajar, tersita dengan pekerjaan membersihkan ruangan. Namun jika dalam situasi seperti ada UNBK, maka cara yang paling gampang adalah memberi sekat agar air tak masuk ruangan
“Kalau untuk peserta ujian kali ini Alhamdulillah aman. Sehari sebelum banjir, pintu ruangan sudah kami sekat menggunakan sekat dari beton,” Kata Rita saat diwawancarai Kamis (25/4/2019).
Tak hanya guru juga yang mengeluhkan keadaan sekolah seperti ini, beberapa siswa juga menyayangkan kondisi sekolah mereka seperti ini. Seperti penuturan beberapa siswa yang enggan menyebut nama, mereka berharap pemerintah terutama pemangku kepentingan, agar memperhatikan sekolah ini, agar kondisinya tidak terus terusan seperti ini.
“Bukan hanya kondisi ini yang bikin kami jenuh. Kami juga bosan jika pemberitaan di media, baik itu di koran, media online dan televisi, berita tentang SMP Negeri 7 hanya soal banjir, banjir, dan banjir. Ini sekolah atau rawa?.” Pungkas mereka.(luk)