Gorontalo, mimoza.tv – Sepekan terakhir ini, publik diramaikan dengan pemberitaan mantan atlet bola voli Indonesia, Aprilia Santini Manganang, yang saat ini resmi berganti nama dan jenis kelamin, setelah Pengadilan Negeri Tondano mengabulkan permohonan penggantian tersebut dimata hukum.
Prajurit dengan pangkat Sersan Dua yang saat ini bernama Aprilio Perkasa Manganang ini sebelumnya divonis dokter, nengidap hipospadia.
Laku seperti apa dan bagaimana penyakit yang diderita oleh Aprilio selama 28 tahun ini?, berikut informasinya yang dirangkum dari berbagai sumber.
The Centers of Disease Control and Prevention (CDC) dalam tulisannya seperti dilansir dari detik.com menjelaskan, hipospedia adalah kelainan bawaan sejak lahir yang ditandai dengan lubang urethra berada di bagian bawah penis, dan bukan diujung penis seperti pada umumnya. Urethra ini merupakan saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih.
Adapun gejala penyakit ini adalah, posisi bukaan urethra bisa ada dimana saja. Bisa di pangkal penis, bahkan pada beberapa kasus ada di bawah skrotum. Gejala lainnya yang turut menyertainya adalah, bentuk penis yang melengkung ke bawah (chordee), bentuk kulup atau kulit yang menutup ujung penis tidak menutup kepala penis sempurna, serta percikan urine tidak normal saat buang air kecil.
Penyebab kelainan hipospedia sendiri seperti dikutip dari WebMD, para ahli tidak memastikan penyebab pasti penyakut tersebut. Namun beberapa kemungkinan penyebabnya adalah, beberapa sindrom genetik dikaitkan dengan kelainan ini. Selain itu, orang tua yang punya riwayat hipospadia punya kemungkinan lebih besar punya keturunan dengan kelainan serupa.
Selain itu, penyebab lainnya adalah terapi hormon tertentu untuk membantu kehamilan, rokok dan pestisida, serta usia dan berat badan ibu disaat hamil.
Sumber tersebut menjelaskan, risiko melahirkan anak dengan hipospadia lebih tinggi pada ibu hamil dengan usia di atas 35 tahun dan berat badan berlebih atau obesitas, serta punya riwayat diabetes yang turut meningkatkan risiko.
Untuk beberapa kasus yang ringan, hipospadia ini tidak membutuhkan operasi seperti yang dijalani oleh Aprilio Perkasa Manganang. Namun pada beberapa kasis, dibutuhkan corrective surgery untuk memperbaiki posisi bukaan urethra dan meluruskan bentuk penis.(luk)