Gorontalo, mimoza.tv – Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Gorontalo, Mukhamad Mukhanif mengatakan, minyak goreng dan tomam menjadi penyumbang besar terjadinya inflasi di Kota Gorontalo.
Hal itu diungkapkannya saat merilis fenomena pertumbuhan ekonomi, yang digelar di Ruang Vicon Kantor BPS Provinsi Gorontalo, Senin (9/5/2022).
“Penyebab inflasi yang tinggi di kota Gorontalo pada bulan April kemarin kita coba kelompokkan, maka terlihat bahwa kelompok pengeluaran yang memberikan andil paling besar adalah kelompok makanan minuman dan tembakau. Misalnya tomat yang di waktu menjelang lebaran ini sangat tinggi sekitar 0,285 persen. Kemudian minyak goreng yang memberikan kontribusi yang cukup tinggi sebesar 0,2403 persen,” ucap Mukhanif.
Selain tomat dan minyak goreng, pada kelompok makanan minuman dan tembakau itu juga yang memberikan kontribusi cukup tinggi adalah rokok kretek dan filter, yang juga turut memberikan kotribusi besar pada bulan bulan sebelumnya.
“Kemudian ada juga pisang, ikan cakalang dan ikan sisik yang masih memberi kontribusi. Kelompok yang memberikan kontribusi cukup besar adalah kelompok penyediaan makanan dan minuman atau restoran, yang memberikan kontribusi cukup tinggi sebesar 0,2475 persen terhadap total inflasi Kota Gorontalo sebesar 1,22 persen,” imbuhnya.
Kontribusi yang cukup besar juga kata dia ada di kelompok transportasi, dimana menjelang Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriyah ini seperti mendapatkan angin segar.
“Kita tau bersama orang melakukan mobilitas sangat tinggi. Sehingga permintaan terhadap tiket pesawat dan alat transportasi yang lainnya mendongkrak adanya inflasi pada kelompok transportasi. Kewlompok ini memberikan kontribusi yang cukup tinggi sebesar 0,2045. Khusus pada sub kelompok pembelian kendaraan juga memberikan sumbangsih cukup tinggi. Begitu juga pada jasa angkutan penumpang,” ujar Mukhanif.
Secara keseluruhan Mukhanif menjelaskan, inflasi Kota Gorontalo ini terjadi karena adanya kenaikan indeks pada 8 kelompok pengeluaran, penurunan indeks pada 1 kelompok pengeluaran, serta 2 kelompok pengeluaran tidak mengalami perubahan indeks.
Kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks itu kata dia, yaitu kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 1,81 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,01 persen; kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,74 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,05 persen; kelompok transportasi sebesar 1,81 persen; kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,1 persen; kelompok penyedia makanan dan minuman/restoran sebesar 3,97 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,03 persen. Kelompok pengeluaran yang mengalami penurunan indeks adalah kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar -0,05 persen.
Pewarta : Lukman.