Gorontalo, mimoza.tv – Tumbilotohe merupakan rutin tradisi pasang lampu yang telah dilaksanakan secara turun temurun sejak abad ke-15 oleh masyarakat Gorontalo, pada tiga malam terakhir menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri.
Istilah Tumbilotohe sendir berasal dari bahasa gorontalo yang merupakan gabungan dari kata “tumbilo” yang berarti pasang, dan “tohe” yang berarti lampu.
Konon masyarakat Gorontalo pada tempo dulu memasang lampu di depan rumah mereka, bertujuan untuk memberikan penerangan bagi masyarakat yang ingin melaksanakan ibadah di masjid untuk meraih malam Lailatul Qadar.
Masyarakat menggunakan lampu tradisional yang terbuat dari wamuta atau selundang yang dihaluskan dan diruncingkan, yang kemudian dibakar.
Seiring waktu lampu tradisional tersebut berganti dengan menggunakan bahan dari sumbu dan minyak tanah yang di isi di dalam botol. Hal ini dilakukan agar lampu tersebut dapat menyala cukup lama.
Khusus di Kota Gorontalo, pemandangan indah ini dapat dijumpai dibeberapa titik dan ramai dikunjungi masyarakat, seperti ruas Jalan Tanggidaa, Ipilo, Padebuolo, Siendeng, Huangobotu, serta di Kecamatan Tapa, Kabupaten Bone Bolango.
Bagi pengunjung yang masuk ke lokasi diwajibkan mencuci tangan dan memakai masker, untuk mencegah penularan covid -19
“Tradisi tumbilotohe ini adalah tradisi yang sangat dirindukan oleh masyarakat Gorontalo pada bulan Ramadan. Dimana setiap sudut Provinsi Gorontalo di penuhi dengan gemerlapnya lampu-lampu tradisional. Untuk menambah keindahan, masyarakat memadukannya dengan penggunaan ribuan lampu listrik yang tentunya hal ini dimaksudkan untuk menarik minat wisatawan lokal dan mancanegara,” tutur Wakil Gubernur Gorontalo, Idris Rahim saat diwawancarai.
Lebih lanjut dirinya mengatakan, sebelum adanya wabah Covid-19, tradisi Tumbilotohe diadakan dalam bentuk perlombaan atau festival.
“Setiap kabupaten kota berlomba-lomba menciptakan kreativitas yang unik, dengan menyusun lampu-lampu tradisional. Namun sudah dua tahun sejak seluruh dunia dilanda wabah Covid-19 , tradisi ini tidak lagi dilombakan atau dalam bentuk festival. Namun bisa kita liat bersama, warga tetap antusiasme untuk melaksanakan meramaikan tradisi yang sangat di nanti ini,” kata Idris.
Hal yang berbeda juga diungkapkan oleh Latif Yunus. Salah seorang tokoh masyarakat Gorontalo ini berharap kepada pemerintah daerah agar tradisi Tumbilotohe ini tetap dilombakan untuk tahun – tahun kedepan.
Selain Tumbilotohe, tradisi khas Ramadan di Gorontalo yang mendapat suport dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Badan Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, yang Bekerjsama Dengan Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo, adalah gelaran beduk yang dilaksanakan di Kabupaten Gorontalo.