Gorontalo, mimoza.tv – Kata “Pendo” awalnya bukan kata makian tapi kalimat yang positif. Mungkin karena kebiasaan orang Manado dalam komunikasi sehari-hari banyak penekanan sehingga konotasi kata tersebut jadi sangat kasar di dengar orang.
Untuk mengetahui bagaimana sejarah bahasa dan dialek Manado bermula, maka kita harus menelusuri mula-mula dari nama Manado itu sendiri, dimana nama MANADO awalnya bukan berada di pesisir daratan tetapi berada di tengah lautan dalam bentuk pulau.
Hingga saat ini pulau tersebut dinamakan Manado, kemudian ditambahkan kata “tua” yang bermakna paling awal. Sehingga saat ini pulau tersebut dikenal sebagai Pulau Manado Tua.
Adapun alasan Pulau Manado ditambahkan kata “Tua” sehingga menjadi Pulau Manado Tua, ada sejarahnya dan itu ditulis oleh bangsa Eropa yang datang di Manado pada Abad 16-20.
Gubernur Belanda di Maluku dan Ternate yakni Dr. Robertus Padtbruge yang datang di Manado Tahun 1677 dalam catatan jurnal perjalanannya ke Sulawesi Utara dan catatannya dibukukan pada tahun 1866, yang diberi judul “Beschrijving Der Zeden En Gewoonten Van De Bewoners Der Minahasa, 1679”, pada hal. 3-4-6 tertulis sebagai berikut:
1. Dezelve het land ten beste te geven en aan de vaste wal, daar nu onze brugt is, zich te vetrekken. Hun Naam van de MANADO hebben zij daar en overgebracht gelijk het hier alom een gebruik is, (Mereka meninggalkan pulau itu pergi ke daratan dimana sekarang berada benteng kita, Nama Manado telah dibawa serta bersama mereka).
2. Pendeta Nicolaas Graafland menyatakan dalam bukunya “De Minahasa Haar Verlenden En Haar Tegenwoordinge Toestand” Tahun 1860, pada hal 16 sebagai berikut : Voor de Baai van Manado ligt het Eiland Manado-Tuwa = Oud Manado., Volgens ouden van dagen had het vroeger de naam van Babontehu. De overlevering zegt, dat hier de eerste nederzettingen (Manado-Tuwa) zijn geweest van lieden, die het District Manado gevormd hebben. (Di depan Teluk Manado terletak Pulau Manado Tua = Manado yang Lama, menurut orang-orang tua dahulu pulau itu bernama Babontehu. Hikayat tradisional menyatakan, bahwa disinilah (Manado Tua) adalah tempat Pemukiman pertama dari orang-orang yang telah mendirikan Distrik Manado.
3. Dalam buku yang berjudul Beschrijving van Manado, 1841 (Deskripsi dari Manado, 1841), tertulis: De naam van Menado of Manado is van het eiland Oud Menado = Nama Menado atau Manado berasal dari Pulau Manado Tua.
Atas dasar sejarah tertulis tersebut, maka bahasa dan dialek Manado sangat erat terkait dengan kegiatan di laut dan pesisir oleh penduduk dengan profesi sebagai nelayan.
Adapun karena manado itu terletak di pesisir, maka dialek Manado dipengaruhi oleh situasi dan kondisi alam di tengah laut dan di pinggir pantai, yang secara alami menciptakan dan menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada dimana intonasi suara dari masyarakat pesisir Manado biasanya terdengar kasar, kuat/keras volumenya baik hanya sekedar bercerita/ngobrol biasa, menyanyi atau apalagi dalam kondisi marah.
Dan hal itu bermula saat sebagai Nelayan yang menjaring ikan di tengah laut dan di pinggir pantai, apalagi menggunakan soma (pukat/jala) yang melibatkan banyak orang.
Sudah barang tentu, dalam memberikan perintah atau komando dari Pimpinan Soma atau biasa disebut Tonaas, perlu intonasi suara yang kasar, kuat dan keras.
Sebab kondisi angin dan suara debur ombak akan mengalahkan suara dari perintah atau komando dari Tonaas tersebut.
Sebab situasi arus ombak dan angin dapat membuat situasi kacau balau. Tangkapan Ikan bisa lepas dan tenaga terbuang sia-sia jika tidak ada keselarasan dan kebersamaan dalam menarik Soma.
Dari keadaan itu, maka sudah hal yang biasa ketika seorang Tonaas akan berteriak: Wangalah/Tuangalah, Pemaii, Pependo.Puki, Cuki. ba kuat ngoni hela tu haluang kamudi kasian..!!
Apakah seorang Tonaas Soma (Pukat/Jala) tersebut sedang memaki ? Tidak. Itu bukan makian. Tetapi itu berarti dan bermakna sebuah kalimat perintah/komando, sebagai penyemangat dengan intonasi suara yang keras di tengah laut.
Karena situasi dan kondisi alam inilah maka cara berkata, bercerita atau berteriak dari penduduk asli Manado intonasi suaranya cenderung terdengar keras dan terasosiasi dengan hal yang tarasa kasar.
Intonasi produknya masih bisa ditemui pada orang-orang di negeri yang bernama Sindulang Manado, Sindulang Amurang, Bitung, Bunaken dan di Kema.
Maka dikemudian hari telah terjadi asimilasi dan akulturasi berbagai budaya yang ada. Sehingga bahasa dan dialek Manado telah menjadi beragam dan mengalami perkembangan seperti: Anyor = hanyut, besae = jelek, bobira = jerawat, belo = juling, cabiu = congek, ciri = jatuh, falinggir = layangan,g gargantang = tenggorokan, gogohia = panu, hangi = ganjal, hela = tarik
Seiring dengan perjalanannya waktu dimana telah terjadi pernikahan antara orang Babontehu (Suku Manado) dengan Bangsa Portugis, Spanyol, Belanda bahkan Inggris di pesisir, kemudian melahirkan keturunan Indo yang disebut “Borgo” dari Bahasa Belanda yaitu Burgers = warga sipil atau penduduk kota”, maka bahasa dan dialek Manado telah berkembang menjadi Bahasa pasar sehari-hari yang digunakan di bendar/bandar/pelabuhan seperti: Bolsak = kasur, Gargantang = tenggorokan, Kadera = kursi, Loteng = ubin, Mesel = lantai, Fork = garpu, Leper = sendok, Plein = lapangan, Fasung = ganteng, Gode = gendut, Nyora-Mener = nyonya dan tuan, Opa-Oma = kakek-nenek.
Termasuk juga kata “Mai” berasal dari bahasa Portugis yakni “Mãe” yang berarti “Ibu/mama” dan untuk “ayah/papa adalah pai”.. dimana kata “MAI dan PAI” ini juga bisa berati atau bermakna sesuatu yang Besar, oleh sebab itu Jari Jempol disebut juga Jare Mai, yang jikalau dalam Dialek Manado penyebutan kata “MAI dan PAI” itu mendapat Imbuhan Awalan kata “PE menjadi PEMAI atau PEPAI”., maka itu berarti atau bermakna “Mengeraskan Arti terhadap suatu Objek yang dilihat atau yang dimaksud karena perasaan Takjub/Kaget terhadap sesuatu yang dianggap Besar dan Hebat.
Kata “Pendo” berasal dari bahasa Spanyol yakni “Pendō” yang bentuk Kata Kerja adalah “Pender” yang berarti “Menggantung atau Ragu-ragu dalam hal aktifitas Berpikir”, sehingga jika “PENDO” itu mendapat Imbuhan Awalan kata “Pe menjadi Pe Pendo”., maka itu berarti atau bermakna mengeraskan arti, supaya jangan ragu atau pakai otak/pikirannya.
Sumber: latabu.blogspot.com