Gorontalo, mimoza.tv – Pengurus Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia, Herman Wartabone mengatakan, aktivitas penambanga batu hitam yang ada di Suwawa, kabupaten Bone Bolango dengan nilai rupiah yang dihasilkan mencapai puluhan miliar per bulan itu dinikmati oleh ribuan masyarakat.
Dari sekian banyak kepentingan dengan batu tersebut, pihaknya yang selalu disalahkan.
“Memang jika diakumulaiskan dalam sebulan itu angkanya fantastis mencapai sekitar 24 miliar. Tapi jika kita lihat dilapangan, angka-angka ini dinikmati oleh ribuan masyarakat. Pembiaran yang dilakukan oleh orang-orang yang punya kewenangan dan punya kompetensi disitu, ini menjadi satu lahan, dan kami menjadi korban oleh oknum-oknum itu,” ujar Herman, saat menjadi narasumber di program talk show Forum demokrasi Gorontalo (FDG) Senin (7/3/2022) malam.
Untuk Gorontalo Minerals, perusahaan penambangan yang punya izin di wilayah tersebut kata dia, pihaknya menyadari bahwa disitu ada kepentingan negara. Namun saja yang pihaknya inginkan adalah menjadi bagian dalam mengelola potensi kekayaan alam tersebut.
Menurut Herman, selama ini yang dijadikan objek adalah para penambang. Namun ketikan ini bermasalah hukum, yang sering disalahkan adalah penambang.
“Tapi ketika ini bermasalah, kami penambang yang mendapatkan dampaknya. Padahal begitu lama dibiarkan oleh orang-orang ini. Setiap perhelatan pesta politik, kami yang dicari-cari. Sampai jadi materi kampanye. Tapi ketika pesta itu usai, kami dibiarkan begitu saja. Kami Yang kami khawatir ini akan berdampak hukum kepada kami. Makanya kami berharap persoalan ini jangan hanya sampai di diskusi saja, tetapi ada langkah maju untuk itu,” tandasnya.
Perjuangan para pendahulu dalam mempertahankan kemerdekaan kata dia, salah satu tujuannya agar harta dan kekayaan itu bisa dinikmati oleh warga negaranya dan bukan pihak asing.
“Perjuangan orang-orang tua dulu seperti Pak Nani Wartabone itu karena tidak menginginkan kekayaan alam ini diinvasi oleh orang asing. mereka berjuan dengan tetes darah, keringat bahkan mempertaruhkkan nyawa mereka. Tapi kenyataanya setelah merdeka, siapa sekarang yang menikmatinya?” pungkasnya.
Pewarta : Lukman.