Gorontalo, mimoza.tv – Menanggapi aksi marah-marah Menteri Sosial RI, Tri Rismaharini kepada seorang koordinator bantuan sosial, saat rapat pemadanan data bersama pemerintah kabupaten/kota se Provinsi Gorontalo pada Kamis (30/9/2021), Anggota DPRD Kota Gorontalo, Ariston Tilameo, angkat bicara.
Kepada wartawan, Aleg PDIP Kota Gorontalo ini menyampaikan, kemarahan Mensos Risma itu adakah hal yang wajar dan seharusnya dimaknai sebagai suatu edukasi atau pembelajaran.
“Seorang menteri memarah-marahi itu kan artinya memberi pelajaran atau edukasi. Memang wataknya ibu Risma itu kalau untuk kepentingan rakyat atau masyarakat, dia tidak main-main. Apalagi mengenai bantuan,” ucap Ariston saat dihubungi wartawan ini, Sabtu (2/10/2021).
Jangan sampai apa yang menjadi kemarahan itu lanjut Ariston, bantuannya juga tidak sampai atau tidak tepat sasaran. Menang data-data tersebut kata dia berubah-rubah. Saat ini terdata miskin, tahun depan orangnya mungkin sudah sejahtera. Tetapi data terasebut menurutnya harus selalu di up date atau diperbaharui.
“Siapa yang monitor, siapa yang mendata, tentu pemerintah yang ada di daerah. Sementara Pemerintah Pusat tinggal mengambil data yang ada disini. Tentu beliau harus marah ketika turun ke daerah ada data yang tidak sesuai. Saya kira marahnya itu wajar. Apalagi terkait dengan kinerja yang menyangkut tanggungjuawabnya dia sebagai menteri,” tegas Ariston.
Terkait dengan kinerja Mensos itu lanjut Ariston, Surabaya saja sebagai kota besar berhasil dan bisa dipimpin oleh Risma. Dan karena keberhasilannya, Presiden RI Joko Widodo mengangkatnya sebagai menteri.
“Bayangkan dari wali kota menjadi menteri. Tidak banyak wali kota menjadi menteri. Gubernur jadi menteri saja tidak banyak. Jadi itulah ibu Risma yang dalam bekerja tidak main-main. Apalagi untuk kepentingan rakyat. Kalau salah-salah pasti marah dia,” imbuhnya.
Ariston mengingatkan juga, jangan sampai data-data soal kemiskinan ini ada yang terlewati.
“Kasihan berbagai macam bantuan yang harus dia terima tapi pendataan salah. Yang tidak miskin di data jadi miskin, sementara yang tidak miskin di data jadi miskin. Oleh karena itu hal yang menjadi perhatian utama adalah soal data. Jadi harus monitor dan diperbaharui terus, jangan sampai hanya copy paste,” pungkasnya.
Pewarta: Lukman.